International JOY Conference (Journal 1)

Jamuan Alumni Yang Memberkati Tanggal 26 Juli 2018 Waktu mendengar bahwa kami akan transit di Jakarta selama beberapa jam, Bang Wenz dan keluarga bersedia membuka pintu rumah bagi kami untuk menginap di sana. Penerbangan kami sempat delay selama sejam, namun sudah ditunggu bahkan sebelum kami take off dari Adisutjipto. Ada banyak cerita terutama setelah lebih…

By.

min read

Jamuan Alumni Yang Memberkati

Tanggal 26 Juli 2018

Waktu mendengar bahwa kami akan transit di Jakarta selama beberapa jam, Bang Wenz dan keluarga bersedia membuka pintu rumah bagi kami untuk menginap di sana.

Penerbangan kami sempat delay selama sejam, namun sudah ditunggu bahkan sebelum kami take off dari Adisutjipto. Ada banyak cerita terutama setelah lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu dengan Bang Wenz, nostalgia anak TI UKDW antara Bang Wenz, Bang Sopar dan Kak Riana yang lulusan S1 sana terjadi sepanjang sore hingga malam. Selain itu sharing terkait pelayanan, pekerjaan dan keluarga.

Kami sangat bersyukur bisa menerima hospitality dari Bang Wenz dan keluarga. Terutama untuk istri, kak Sisca yang sudah menjamu dengan masakan terbaiknya, juga Ezel yang berbaik hati memberi tumpangan kamarnya kepada dua wanita cantik ini.

Makan malam bersama diawali dengan sharing pokok doa dari keluarga dan didoakan bersama untuk kemudian ditutup oleh Bang Sopar.

Sekali lagi terima kasih Bang Wenz dan keluarga untuk pelayanannya. Tuhan senantiasa memberkati bisnisnya agar terus menjadi berkat bagi banyak orang.

 

Musim Panas Yang Sangat Panas

Tanggal 28 Juli 2018 

Penerbangan kami adalah penerbangan Jakarta-Seoul dengan transit KLIA selama 12 jam sehingga tiba di Incehon minimal pagi hari berikutnya. Sembari menunggu di KLIA2, kami menyempatkan waktu mengunjungi Kuala Lumpur untuk sekedar berfoto di Twin Tower dan Dataran Merdeka. Hitung-hitung menginjak negeri Jiran!

Ketika Victor Je, salah satu staff JOY International menyampaikan bahwa Korea sedang sangat panas, kami tidak pernah menyangka bahwa Korea benar-benar sepanas sekarang. Sabtu siang 28 Juli, Pak Son menjemput kami bertiga di Incheon Airport dengan berita yang sama. Tiba di Jegidong, Kantor JOY Mission, suhu di luar ruangan tercatat 35 derajat celcius. Kata Ibu Son dalam candaannya “Rasanya seperti dikukus”.

Siang hari kami habiskan dengan berbelanja persediaan makan selama dua hari. Malamnya, kami menikmati Han Gang Park, salah satu taman yang tidak jauh dari Jegidong dengan menggunakan subway. Berjalan setengah mengelilinginya butuh 15.000 langkah. Sebagian besar orang Korea menghabiskan waktu di sana, berkemah, bermain, nonton bersama di taman yang sangat luas ini.

Tanggal 29 Juli

Hari Minggu, dengan menggunakan subway kami menuju kota Suwon untuk beribadah di sana. Tiba di stasiun Hwaseo, kami disambut dengan teriknya matahari. Saking teriknya, gereja yang biasanya menyediakan makan siang, selama dua minggu ditiadakan. Setelah ibadah minggu jam 11 selesai, kami melanjutkan dengan makan siang bersama dengan beberapa penatua.

Setelah itu kembali lagi ke gereja untuk mengikuti ibadah pemuda di sana. Jumlah pemuda yang hadir pada acara tersebut kira-kira 80 orang. Jumlah yang banyak sebenarnya. Salah satu hal yang menarik adalah Kak Riana adalah wanita kedua (setelah Ibu Son) yang berkhotbah di gereja ini. Menurut tradisi, gereja Presbiterian tidak mengijinkan wanita berkhotbah di ibadah minggu.

Sharing kak Riana terkait Habakuk sungguh memberkati. Ibu Son menerjemahkan dalam bahasa Korea dengan sangat lancar. Habakuk memulai dengan komplain berkali-kali kepada Allah terkait keadaan Israel, namun diakhiri dengan nyanyian indah yang sangat terkenal dalam Habakuk 3:17-19.

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”

Jalan Tuhan seringkali tidak mudah kita pahami terutama jika kita memandang kepada keadaan dan penderitaan di diri dan sekitar kita, namun dengan belajar percaya pada rencana Allah, tidak ada yang sia-sia. Salah satu testimoni-nya adalah bagaimana pergumulan imannya sebagai Lupus Survivor sangat menyentuh hati dan mengingatkan setiap orang akan iman sebagai orang percaya.

 

Nomor Telepon Darurat

Nomor Panggilan darurat di Korea adalah 119. Angka ini wajib diingat oleh semua orang karena akan sangat berguna dalam keadaan darurat di manapun sepanjang masih berada di daratan bangsa Han ini.

Angka ini adalah Fokus Doa Gereja Song Won, gereja asal atau gereja pendukung pelayanan keluarga Pak Son dan JOY Indonesia yang letaknya di kota Suwon. Angka 119 memiliki arti satu jam dalam satu hari berdoa bagi sembilan jiwa. Mengingatkan kepada jemaat Song Won bahwa mendoakan jiwa-jiwa yang terhilang, orang-orang yang belum mendengar kabar tentang Yesus adalah hal yang darurat.

Dua hari pertama di Korea sangat memberkati. Keluarga Pak Shim dan Ibu Cho setia menemani dan bahkan mentraktir kami bertiga. Ini bukan pertama kali masing-masing dari kami hadir di gereja Song Won. Ketika bertemu  lagi dan menyapa pendeta Oh membuat kami senang. Gereja Song Won selalu menyambut, membuka hati dan setia mendoakan Persekutuan JOY, dan ini menambah keharuan. JOY menjadi salah satu pokok doa rutin di gereja ini sampai hari ini karena gerakan kita adalah gerakan membagi kabar sukacita Kristus. Echoing-nya masih terasa hingga hari ini.

Satu hal kami diingatkan, gereja Song Won dimulai dari gereja kecil berjumlah 200 orang yang belajar mengirim satu keluarga misionaris di tahun 1990. Salah satu efek dari pelayanan dan doa dari gereja ini adalah JOY Indonesia.

Dua hari pertama yang sangat memberkati. [GN]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *