Mission Korea 2018 (Journal 12)

Tanggal 9 Agustus 2018

Kami bangun dengan cukup berat pagi ini. Rasa capek karena International Festival masih bergelantungan di betis kami. Tapi selalu tepat waktu untuk bergabung dengan partisipan negara lain menunggu bis menuju Sejong University.

Setelah antrian dan sarapan pagi dengan sepotong roti dan sekotak susu kedelai, kami memulai Global South Forum yang dipimpin oleh Andrew Kim. Ini sebenarnya kali kedua saya bertemu dengan beliau dan terlibat dalam forum ini. Dalam dua puluh menit, beliau memaparkan misi yang sudah berlangsung puluhan tahun ini di berbagai negara. Beliau sendiri adalah mobilisator gerakan misi dan church planting di negara-negara Asia termasuk Indonesia.

Seperti sharing-sharing kami sebelumnya, Nagaland adalah provinsi Kristen yang mempengaruhi perkembangan misi di seluruh India. Mereka sudah empat generasi Kristen sejak misionaris Amerika membawakan injil ke sana. Direktur misi dari North East India diberi kesempatan untuk menyampaikan perkembangan misi di India.

Ada tiga hal yang menjadi isu di sana a.l :

  1. Mental bahwa misi hanya bagi org senior atau yang sudah menikah
  2. Kristen sudah generasi ke-empat dan mulai kehilangan passion untuk membagikan injil karena sekarang banyak orang hanya mengikuti iman kristen bukan mengikuti Kristus
  3. Gereja sibuk dengan program bukan mencari yang terhilang.

 

Ada tiga hal yang harus dilakukan gereja:

  1. Gereja harus membagikan Kristus kepada yang terhilang dan hidup dengan hati misi
  2. Kelompok kristen harus terkoneksi dg gereja yang bermisi

Bagaimana orang muda terlibat?

  1. Mission trip regular
  2. Youth Service tiap bulan harus menekankan misi.
  3. Church planting harus melibatkan orang muda

Di akhir sesi, Patrick Fung yakni Direktur OMF International mengencourage dengan Kis 13:13 agar kita terus mendorong generasi muda utk reach out.

Observe, Learn and live with people.

Setelah sesi Global South Mission, sesi plenary diadakan di Daehyang Hall membahas tentang isu-isu di masa depan.

Isu-isu inilah yang menjadi landasan kenapa tema besar Mission Korea 2018 adalah Re_ a.l :

  1. Belajar dari Laussane Movement (setelah 40 tahun berlalu, ada 100 lebih isu, fokusnya sekarang lebih ke economic dan environmental issue.
  2. Tahun 2017, pertemuan 40 pemimpin gereja di Korea dan berdiskusi untuk menentukan masa depan misi korea. Dari 12 issue hasil survey a.l : revolutionary church, multicluture ministry, tentmaker, dll. Isu paling besar adalah revolutionary church. Isu besar lain adalah bagaimana mempersiapkan diri menghadapi reunifikasi dg korea utara.

Merevolusi gereja menjadikan tema Re-call, Re-Bible, Re-Tune, Re-Build dan Re-Start ini muncul. Artinya gereja bertindak mulai dari membenahi identitas, sehingga perilaku sesuai dengan karakter Kristus, Tuhan yang bermisi. Dengan kata lain, To Do = To Be.

Misi masa depan :

  1. Mission for everyone
  2. Mission out the square
  3. Mission Through every aspect of life.

Jumlah bunuh diri di dunia paling banyak Rusia kemudian Korea. Jadi, bagaimanakah caranya kita bermisi “out of the square” di zaman big data dan AI ini?

Mission Integral

Kita perlu membagikan injil tapi juga nyata memberi impact bagi society kita, semuanya tidak terpisah. Orang-orang yang hidupnya telah ditransformasi oleh Allah akan memberi dampak bagi lingkungan melalui profesionalitasnya. Salah satu yang menarik setelah kegiatan makan siang adalah exhibition. Ada 41 lembaga misi yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Dari 41 lembaga, yang paling menarik ada dua yakni The Frontiers dengan tagline “Jesus for Muslims”-nya dan ET (Enterpreneurship Team) – BAM (Business as Mission).

Ada satu ruang galeri tempat sejarah misi diceritakan. Hal yang sama dari semua lembaga yang ada di galeri tersebut baik lembaga penerjemah Alkitab, lembaga kesehatan misi maupun sekolah adalah semuanya dimulai dari misionaris barat (Amerika).

Pada exhibition itu juga, kami sempat bertemu dengan Pak Kyung yang hadir mewakili Global Partners, lembaga misi yang mengadakan pelatihan khusus bagi para misionaris.

Bermisi Melalui Profesi

Setelah exhibition, kami menuju lantai B1 untuk evaluasi akhir dan encouragement di tim International. Di kesempatan ini, beberapa orang menyampaikan masukan dan ucapan terima kasih. Hal yang paling menggembirakan adalah dari 27 negara yang terlibat, pertama kalinya ada seorang yang datang langsung dari Brunei Darusalam. Jimmy menyampaikan harapan dan terima kasihnya sambil memberikan bendera Brunei. Doanya adalah setelah China Kristen pertama mengikuti Mision Korea ini (yaitu dirinya), berikutnya adalah saudara muslimnya yang menjadi percaya yang ikut. Dorkas sari Chile juga, wanita Amerika Latin pertama yang ikut kegiatan misi ini. Secara pribadi, dia sangat diberkati.

Sesi setelah makan malam adalah sesi sharing dari tiga orang. Seorang pegawai HR sebuah perusahaan di Jakarta hadir memberi kesaksian. Dia adalah orang Korea yang sudah tiga tahun di Indonesia sebagai profesional misionaris. Beliau sharing banyak tentang bagaimana membagi hidup dan memberi dampak kepada teman-teman kerjanya yang muslim sebagai bagian dari misi. Dengan mengasihi mereka, salah satu cara membagikan Kristus bagi orang-orang muslim.

Sharing kedua datang dari Yaman dalam bentuk video. Suami istri ini melayani sebagai dokter di Yaman. Mereka mengalami bahkan ketika perang dan Refugee berdatangan. Saya sangat terharu melihat keteguhan hati mereka terutama sembari membesarkan dua anaknya di sana.

Sharing ketiga dari Pastor Kim Hyung Gook. Beliau mengajak peserta untuk membaca dari Efesus 1:22-23. Bermisi dengan apa yang ada, sebanyak yang bisa kita lakukan. Salah satunya dimulai dengan mendoakan karena Roh Kuduslah yang menggerakkan orang Kristen untuk bermisi, Roh Kudus juga yang meletakkan hati misi ke dalam diri masing-masing kita hingga tergerak untuk melayani orang lain dan membagikan Kristus.

Korea juga perlu belajar misi. Tidak harus pergi jauh untuk melayani orang lintas budaya. Di Korea sendiri sangat banyak Refugee. Sudah seharusnya gereja bersatu untuk membagikan Kristus kepada mereka yang Tuhan percayakan ke sini. Mereka yang Tuhan kirim untuk dilayani.

Salah satu misionaris muda memulai dari Jeju khusus melayani orang Syria yang mencari suaka di sana. Sungguh satu langkah yang tepat.

 

Setelah selesai, penutupan dilakukan termasuk serah terima untuk penyelenggara berikutnya. Dari IVF menyerahkan kepada YWAM untuk tiga tahun ke depan. Jadi sejak 30 tahun, mulai berikutnya, Mission Korea akan diadakan setiap tiga tahun. Acara penutup berjalan dengan baik. Kami pamit dan saling menyalami dan peluk satu dengan yang lain karena ini hari terakhir kami bertemu. Entah kapan lagi bisa bertemu dengan teman-teman yang berasal dari negara lain. Secara khusus banyak diberkati dengan saudara-saudara dari Ghana, Kongo, Ethiopia, Siera Leone, Brunei, Chile, Filipina, Thailand, Jepang, Vietnam, Laos dan China.

Terima kasih untuk kesempatan bisa ikut Mission Korea dan disegarkan lagi tentang panggilan utama sebagai orang percaya adalah bermisi, membagikan Kristus melalui hidup setiap hari sehingga orang lain melihat Kristus yang hidup di dalam kita.

Mission for everyone from everywhere![GN]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *