Seoul (Journal 15)

Tanggal 12 agustus 2018 Hari ini adalah hari terakhir kami di Korea, besok pagi kami akan pulang ke Indonesia. Kami pergi ke gereja AIC (Antiokh Indonesia Community) yang berada di kota Suwon. AIC merupakan gereja Indonesia. Di Korea ada di 5 kota yaitu di Suwon, Incheon, Pyongtek, Ansan, Bucheon. Gereja ini di dukung oleh gereja…

By.

min read

Tanggal 12 agustus 2018

Hari ini adalah hari terakhir kami di Korea, besok pagi kami akan pulang ke Indonesia. Kami pergi ke gereja AIC (Antiokh Indonesia Community) yang berada di kota Suwon. AIC merupakan gereja Indonesia. Di Korea ada di 5 kota yaitu di Suwon, Incheon, Pyongtek, Ansan, Bucheon. Gereja ini di dukung oleh gereja Korea Onnuri yang memang punya misi untuk melayani orang-orang asing di Korea. Mereka membantu memberikan pelayanan medis dan juga memberikab les bahasa Korea secara gratis.

Hari ini Pak Son akan membawakan Firman Tuhan. Ternyata tema besar satu tahun ini di gereja AIC Suwon adalah 1 orang membawa satu jiwa. Untuk itu Pak Son mengajar dari buku BCC (Becoming Contagious Christian). Sebelumnya Gina memberikan kesaksian ketika ia melayani atasannya yakni dengan membangun relasi yang tulus. Gina membagikan bahwa ada dua jembatan untuk melakukan penginjilan yaitu melalui jembatan pikiran dan jembatan perasaan. Gina bersyukur bagaimana Tuhan menolongnnya dalam melayani temannya itu. Setelah itu Pak Son mendorong semua untuk memiliki impact list.

Bertumbuh Dalam Situasi Sulit

Setelah selesai kami makan bersama dengan jemaat. Jemaat yang datang kira-kira 30 orang ada yang bekerja dan ada juga yang mahasiwa. Kami makan makanan indonesia, makan nasi pecel. Aku bersyukur punya kesempatan untuk berbincang-bincang dengan beberapa orang. Salah satunya seorang bapak dan istrinya. Ia menceritakan bahwa dia dan istri sebelumnya bukan orang Kristen. Mereka juga menikah bukan secara Kristen tetapi berdasarkan kepercayaan mereka yang lama. Ketika istrinya bekerja di Hongkong ia menjadi Kristen dan ia sendiri menjadi Kristen ketika di Korea. Ketika saya tanya bagaimana ia bisa menjadi percaya sambil sedikit berkaca-kaca ia mengatakan bahwa semata-mata itu adalah kasih karunia Tuhan. Ketika saya tanya apakah keluarganya tidak marah, ia menjawab tidak tahu karena belum pernah bertemu muka dengan muka dengan keluarga sejak ia menjadi Kristen. Ia juga menceritakan bahwa sebenarnya visanya sudah habis 4 tahun yang lalu. Ketika kutanya lagi tidak takut dengan pemerintah Korea, dia hanya tertawa dan mengatakan saya mau belajar bertumbuh dulu di gereja ini. Wah, aku bersyukur walau dengan waktu yang mepet dapat ngobrol dengan bapak ini, melihatnya sebagai orang Kristen yang baru dengan semangat untuk bertumbuh.
Selain dengan bapak ini, aku sempat ngobrol singkat dengan satu bapak lagi yang visanya juga sudah habis dan bagaimana perjuangannya di Korea sebagai pekerja. Dengan bercanda ia berkata perjuangam tidak seindah foto profil. Tapi aku bersyukur melihat bagaimana dengan situasi yang sulit mereka tetap bersemangat beribadah. Hal yang menarik gereja ini cukup mandiri dalam segi keuangan dan mereka juga memberikan persembahan untuk misi. Wah salut dengan mereka.
Selain mengobrol dengan mereka yang bekerja kami juga mengobrol dengan para mahasiswa.


Setelah dari ke gereja, kami ber-fellowship time dengan bapak dan ibu Son dengan minum kopi. Sebelum makan malam kami mampir di satu toko yang menjual makanan dan perlengkapan rumah tangga. Salah satu yang mengesankan adalah harga semangka di Korea. Setengah semangka di Korea adalah 10.000 won, kalo di rupiahkan sekitar 130 ribu rupiah. Wah…tapi menurut Pak son itu semangka yang kualitasnya rendah. Semangka yang enak setengah harganya 25.000 won, wah itu berarti sekitar 325 ribu rupiah. Mangga dan buah-buah dari negara tropis juga mahal.

Kita sebagai bangsa Indonesia sebagai negara tropis seharusnya bersyukur dapat dengan mudah dan murah menikmati buah-buahan tropis.

Makan malam, kami makan dengan 2 pasangan yang merupakan pendukung pelayanan bapak dan ibu Son. Kami diterima dengan baik
Setelah sangat kenyang kami diantar ke Jegidong untuk beres-beres karena besok kami pulang.