You are Loved!

Ketika mengingat natal, saya mengingat satu buku yang pernah saya baca, dari Max Lucado yang berjudul God Came near. Beberapa intinya saya kutip di sini:  Dia adalah pencipta, penguasa tetapi menjadi seorang ciptaan. Seorang penguasa menjadi seorang bayi, yang bergantung kepada orang tua. Penguasa, menjadi bergantung kepada ibunya untuk membuatnya hangat. Pencipta dunia, menjadi seorang bayi yang harus mengungsi ke Mesir dari usaha pembunuhan. Ia diberi nama Yesus. Nama Yesus adalah nama pasaran saat itu. Nama Yesus, sama dengan yosua, yeshua.  Dia tidak memilih lahir di sebuah istana, atau rumah yang bersih. Ia lahir di sebuah kandang hewan. Bayangkan bau yang mungkin tercium dalam kandang itu. Bau kencing hewan dan kotoran. Jaring laba-laba menempel di langit-langit dan seekor tikus berlari melintasi lantai tanah. Ia bukan dibaringkan di kasur busa yang empuk. Ia dibaringkan di atas palungan. Ia dibungkus lampin, bukan kain sutra. Ia datang untuk menjadi dekat.

Sebuah buku yang memberkatiku secara pribadi. Mengingatkan bahwa aku dicintai oleh Allah. Natal secara pribadi menjadi saat kita masing-masing dapat merenungkan bahwa kita dicintai olehNya. Kita adalah anak-anak kesayanganNya.

Setiap orang ingin dan butuh untuk dicintai dan di terima oleh orang lain. Tidak ada orang yang mau ditolak. Saya pernah mengadakan survey kecil di persekutuan JOY, pertanyaannya adalah: Apa yang membuat kamu bertahan di JOY? Jawaban yang paling banyak adalah penerimaan.

Dalam pengalaman saya mengkonseling dan dikonseling, kebutuhan untuk dicintai merupakan salah satu yang menyebabkan seseorang terluka.

Sering kali seseorang secara sadar atau tanpa sadar menuntut orang lain untuk memenuhi kebutuhannya akan cinta. Jika diumpamakan setiap orang mempunyai tong kasih. Tong kasih itu seharusnya mulai diisi cinta oleh orang tua, kemudian saudara, teman dan lain-lain. Seseorang yang terluka karena tidak mendapat cinta dan mengalami penolakan dari orang tua dapat berharap orang lain untuk mengisi tong cintanya. Tanpa sadar tuntutannya ia bawa terus sampai ia menikah dan dapat berdampak pada pernikahannya, dan akhirnya terjadi benar yang dikatakan dosen saya: orang terluka adalah orang yang melukai.

Mungkin ini terdengar klise, tetapi ini sesuatu yang nyata, bahwa kita tidak dapat menuntut orang lain untuk mengisi tong kasih kita yang kosong, hanya Yesuslah yang dapat mengisinya.

Natal mengingatkan bahwa Ia sangat mencintai kita.

Siapakah kita sehingga kita dicintai-Nya sedemikian rupa. Kita tidak layak, tetapi dicintai-Nya. Kita begitu berharga di mataNya. Ketika bicara tentang berharga, itu menjadi suatu yang menarik. Banyak buku-buku psikologi populer, mengajarkan untuk mencari hal yang positif dalam diri untuk membantu seseorang meningkatkan penghargaan dirinya. Sehingga orang yang cenderung melihat hal negatif pada dirinya menjadi melihat bahwa dirinya mempunyai kelebihan. Dengan melihat kelebihannya dia diajari untuk meningkatkan penghargaan dirinya. Aku tidak menentang cara tersebut, karena seringkali aku juga memakai cara tersebut tetapi aku belajar melihat bagaimana arti berharga itu sesungguhnya.  Aku ambil contoh, seandainya kita diberi boneka dari pacar atau pasangan kita. Jika satu saat boneka itu hilang salah satu matanya, atau warna memudarnya, kita tetap menyayangi boneka itu karena nilai dari boneka itu bukan karena apa yang ada dalam boneka itu. Demikian juga dengan keberhargaan kita bagi Allah. Katakan saja jika kita punya kelebihan, punya talenta, kemampuan.

Pertanyaannya jika segala kelebihan, talenta dan kemampuan kita lenyap, apakah kita masih berharga?

Bayangkan saja, misalnya kita hanya bisa terbaring di tempat tidur, lumpuh dari leher ke bawah. Semua bergantung pada orang lain. Apakah kita masih berharga? Jika Allah memandang kita yang seperti itu, bagaimana Ia akan memandang kita? Saya yakin 100% Ia akan menjawab bahwa kita sangat-sangat berharga bagi-Nya.

Kita berharga dan dicintai olehNya karena diri kita, karena keberadaan diri kita bukan karena apa yang telah kita lakukan.

Saya ingat satu buku berkata bahwa kebaikan yang kita lakukan tidak menambah kasihNya dan kesalahan kita tidak mengurangi kasihNya. Ya benar, karena ia mengasihi kita atas keberadaan kita, bukan atas apa yang kita lakukan.

Biarlah natal tahun ini juga menjadi pengingat bahwa Ia mengasihi kita, untuk itulah Ia datang ke dunia. You are loved. (riana)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *