ditulis oleh Gloria PM
Training of Existing Staff of JOY kali ini membahas Konseling Pangempuanan dan Konseling Kedukaan. Setelah minggu lalu kami belajar dan membahas Kasus Khusus yang pernah ada.
KONSELING PENGAMPUNAN
Pengampunan adalah sebuah perjalanan
Konseling pengapunan adalah konseling yang bertujuan menolong seseorang yang membutuhkan sikap mengampuni, seperti mengampuni orang yang telah menyakiti hatinya.
Sebagai seorang Kristen, kita tahu bahwa kita harus mengampuni, tetapi kenyataanya kita tidak bisa menutup mata bahwa pengampunan adalah sebuah proses perjalanan. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita akan bisa langsung untuk mengampuni seseorang.
Ada beberapa orang yang datang kepada konselor dengan rasa bersalah karena tidak bisa mengampuni. Sebagai konselor kita harus memberikan satu jaminan bahwa tidak masalah apabila belum bisa mengampuni.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menolong seseorang untuk mengampuni sebagai berikut : (dengan catatan, langkah-langkah ini tidak boleh diacak dan harus sesuai urutannya)
- Jelaskan kepada mereka bahwa kita akan melakukan perjalanan pengampunan, dan membantu mereka untuk mengeluarkan semua emosi perasaaan yang dirasakan saat itu.
- Menyadari Luka (mengingat kejadian-kejadian yang telah terjadi)
- Mengidentifikasi emosi-emosi yang terlibat. Membantu mereka untuk mendengarkan perasaan.
- Membantu mereka untuk mengekspresikan luka dan emosinya.
- Membangun Set Boundaries (ada yang memerlukan membangun ulang, ada juga yang tidak perlu)
Pastikan 5 Langkah d=sudah selesai sebelum melanjutkan ke langkah 6. Jika belum selesai, ulangi lagi lankah 1-5. - “Berdiri di Kakinya” (orang yang mau kita ampuni)
- Waktunya untuk mengampuni, dengan cara berdoa kepada Tuhan untuk melepaskan pengampunan. (jika konseli belum mengampuni maka kembali lagi ke langkah 1-6)
- Mempertimbangkan kemungkinan adanya rekonsiliasi, dengan catatan rekonsiliasi ini tidak mesti terjadi. Jika mengiginkan adanya rekonsiliasi maka perlu mempertimbangkan kesiapan kedua bela pihak. Rekonsiliasi yang belum siap dapat membahayakan relasi dan dapat memunculkan trauma.
Adapun langkah-langkah diatas dapat memberikan kita satu kesimpulan bahwa, pengampunan adalah sebuah perjalanan yang panjang, dan seseorang tidak perlu terburu-buru atau terpaksa mengampuni ketika dirinya masih belum siap.
KONSELING KEDUKAAN
Definisi:
- Kehilangan (Bereavement) adalah suatu keadaan yang timbul akibat kehilangan, seperti kematian.
- Duka (Grief) bukanlah perasaan atau emosi tertentu melainkan kumpulan beragam pikiran, perasaan dan perilaku.
- Meratap (Mourning) merupakan ekspresi luar dari duka dan kehilangan atau dengan kata lain duka yang diekspresikan secara terbuka
Ada 2 Jenis Kehilangan yaitu:
- Kehilangan-Kematian
- Kehilangan aspek tertentu dalam diri. Misalnya kehilangan anggota tubuh, kesehatan atau pekerjaan.
Kematian seseorang yang dikasihi merupakan sebuah bentuk kehilangan relasi yang paling intens, dengan arti lain berakhirnya kesempatan untuk berhubungan, berbicara, berbagi pengalaman, bercinta, menyentuh, berdamai, berkelahi, dan bersama seseorang baik secara emosional maupun jasmaniah.
10 Faktor yang mempengaruhi keduakaan
Orang melewati kedukaan dengan cara yang berbeda-beda. Semua respon kedukaan tergantung pada faktor-faktor di bawah ini;
- Relasi dengan mendiang) orang yang telah meninggal)
Contonya: apabila seserang memiliki konfilk dengan mendiang yang belum selesai, maka ada kemungkinan hal ini dapat menambah komplikasi dalam proses kedukaan. Jadi ada sebuah relasi yang ambivalen, dimana kedukaan dapat merambah keluar menjadi sesuatu yang tidak wajar dan berwarna. Misalnya : Perasaaan diwarnai dengan kebencian kepada mendiang (jadi suatu perasaan yang membingungkan sedih dan benci)
2. Tentang mendiang sendiri.
Contohnya : Apabilah seseorang yang telah meninggal memiliki sikap buruk, maka kematiannya akan dihadapi dengan perasaan bercampur. Disatu sisi orang yang ditinggalkan sedih tetapi disisi lain merasa lega, sehingga muncul perasaan bersalah karena adanya perasaan lega itu.
3. Berapa kuatnya dukungan yang diterima dari lingkungan.
Semakin kuat dukungan yang diberikan maka semakin mudah melewati masa kedukaan. Disarankan paling sedikit 1 bulan sekali dalam setahun untuk memberikan dukungan kepada seseorang yang sedang berduka.
4. Penghargaan diri, Nilai-nilai hidup, dan cara seseorang menghadapi kehilangan.
Contohnya: Seseorang yang memiliki penghargaan diri rendah, yang membuat dirinya bergantung pada mendiang, kehilangan ini sangat menghancurkan. Nilai-nilai hidup, misalnya : nilai-nilai rohani (orang yang percaya Yesus akan mendapat hidup yang kekal) ini akan membatu seseorang menghadapi kedukaan.
5. Tentang kematiannya.
Contohnya: Usia seseorang saat meninggal, apakah kematiannya dapat dicegah atau tidak. (semakin mendadak suatu kematian, proses kedukaan semakin lama dan semakin akut.
6. Latar belakang budaya/religi dari seseorang yang berduka.
Contohnya : Ada budaya yang berpikir bahwa kematian sudah kehendak Tuhan, atau ada juga budaya yang kematian harus segera dikubur langsung.
7. Kehilangan atau masalah lain yang timbul akibat kematian.
Contohnya : Kesulitan Finansial, Tanggung jawab keluarga, dan kehilangan pergaulan
Semakin drastis perubahan setelah kehilangan akan semakin sulit dan biasanya ada kasus yang berkembang menjadi depresi.
8. Pengalaman sebelumnya, menghadapi kematian.
Contohnya: pengalaman seseorang yang telah kehilangan salah satu dari orang tua, biasanya akan lebih protektif kepada orang tua yang masih ada, hal ini bisa jadi dikarenakan oleh trauma kehilangan sebelumnya.
9. Pemakaman.
Proses pemakaman mempengaruhi secara psikologis, beberapa orang yang merasakan manfaat kalau melihat pemakaman orang yang dikasihi atau jasad orang yang dikasihi sebelum dikuburkan. Pemakaman diibaratkan sebagai ucapan perpisahan.
10. Tipe kepribadian dan jenis kelamin.
Perbedaan kepribadian akan mempengaruhi proses kedukaan, misalnya orang yang cenderung feeling akan hanyut dalam perasaan sedih, sedangkan orang yang lebuh thinking akan bernalar tentang penyebab kematian itu.
Mengenai perbedaan jenis kelamin, beberapa budaya mengizinkan perempuan untuk meratapi kematian dibandingkan dengan laik-laki.
Adapun manifestasi kedukaan secara fisik, yaitu:
- Menangis
- Dada terasa sesak
- Tidak nafsu makan
- Mimpi buruk
- Insomnia
Adapun manifestasi kedukaan secara perasaan dan pikiran, yaitu:
- Sedih
- Cemas
- Hanyut dalam diri sendiri
- Kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari
- Sukar konsentrasi
- Melamun
Proses Kedukaan.
Ada 3 alasan yang membuat kita berduka, yaitu:
- Kehilangan pasangan/orang yang dikasihi
- Kehilangan kendali
Kehilangan seseorang, membuat kita meraka kehilangan kendali atas kehidupan ini, kita merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun kita sadar bahwa Tuhan yang mempunyai kendali dan kontrol atas kehidupan manusia, tetapi tetap saja kita merasa kehilangan kontrol. - Kecewa kepada Tuhan
Tanpa sadar, ketika kehilangan seseorang, kita kecewa kepada Tuhan dan merasa Tuhan itu tidak adil. Seolah-olah kita kehilangan pengharapan dan jaminan janji pemenuhan dari Allah.
Hambatan dalam berduka, yaitu:
- Ketidaksediaan untuk membiarkan diri berduka
- Ketidakmampuan untuk berduka, karena terbiasa menekan perasaanya. Perasaanya tumpul atau sudah terlalu sering berduka.
- Kehilangan yang berturut-turut, sehingga menjadi kebal
- Situasi yang tidak mengizinkan karena harus melanjutkan hidup dengan segera.
- Tidak tahu dengan pasti apakah orang itu sudah meninggal atau belum. Misalnya : belum melihat jenazahnya atau tidak mendapatkan informasi yang pasti.
- Sikap Ambivalen terhadap mendiang yakni membencinya tapi juga merasa kehilangan.
- Tuntutan religius atau sosial budaya yang mengharuskan kita tabah.
Adapun hal-hal yang telah dijabarkan diatas ini, dapat memberikan kita pengertian dan dan dapat membantu kita dalam untuk memberikan dukungan kepada seseorang yang mengalami kedukaan