oleh Gloria P. M.
Hari ini pertemuan Ke-2 Staff JOY Fellowship akan pelatihan Peer Counseling, dimana pada pertemuan pertama senin yang lalu membahas mengenai “Bagaimana Mengenal Perasaan” maka di pertemuan kali ini, Kak Riana sebagai pengajar menyampaikan materi “ Defense Mechanism” yang diartikan dalam Bahasa Indonesia yaitu “Mekanisme Pertahanan Diri”. Didalam dunia konseling, Defense Mechanism sangat sering dijumpai oleh para konselor ketika menangani kliennya.
Defence Mechanism adalah sebuah proses yang tidak disadari untuk melindungi diri sendiri sebagai upaya untuk mengatasi kecemasan.
Seorang konselor harus bisa membedakan jenis-jenis pertahana diri yang diungkapkan oleh klien dan bagaimana cara untuk menaggapinya.
Ada beberapa jenis mekanisme pertahanan diri yaitu:
1. Denial/penolakan/pengingkaran
Denial adalah penolakan untuk menerima kenyataan atau fakta, bertindak seolah-olah peristiwa menyakitkan, pikiran atau perasaan tidak ada.
Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.
Contohnya: ah, merokok itu tidak terlalu berbahaya. Ayahku tidak menyakitiku, perlakuannya tidak menyakitkan sama sekali.
2. Rasionalisasi
Rasionalisasi dengan mengajukan alasan yang baik untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya.
Contoh:
• kenalanmu mengadakan pesta tetapi ia tidak mengundangmu. Kamu merasa dianggap sepi dan disingkirkan, tetapi untuk menyembunyikan perasaan yang terluka dan membuat lebih mudah menangani perasaan itu, kamu berkata pada diri sendiri, “untunglah, bagaimanapun juga saya sungguh-sungguh tidak berminat hadir dalam pesta mereka. Mereka selalu saja membosankan. Atau alasan: ah, sepertinya dia lupa memberikan undangan kepada saya
• Seorang gadis (kate) hamil dan mengatakan hal itu terhadap pacarnya. Setelah mengatakan hal itu pada pacarnya, cowoknya itu menghilang. Kate mengatakan di dalam hatinya bahwa: “ia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Saya tahu ia akan menghubungi saya jika ada waktu. Kejadian ini pasti mengejutkan dia. Ia adalah pria yang hebat.”Sangat mengerikan jika Kate harus mengakui bahwa pacarnya mungkin saja melarikan diri, ketakutan dan menghilang untuk selamanya. Demikian juga ia harus mengakui bahwa pacarnya bukan pria yang hebat. Kate membuat perisai bagi dirinya sendiri untuk melawan kenyataan yang menyakitkan.
Ia melakukan hal itu dengan mengajukan alasan yang baik untuk menggantikan alasan yang sebenarnya.
3. Intelektualisasi
mengarahkan segala sesuatu pada konsep-konsep pemikiran. Menekan perasaan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Contoh: seorang yang didiagnosa sakit kanker, dia langsung mengalihkan dengan mencari tahu langkah-langkah pengobatan
4. Regresi
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal (lebih muda dari usianya) dan kurang matang. Banyak dari antara kita akan mengalami saat-saat ketika berbagai hal tidak beres dan kita membiarkan diri kita menjadi pemarah dan merasa jemu. Kita mengharapkan orang memaklumi keadaan kita yang sulit. Bahkan kita mungkin melarikan diri dalam tidur tak berkesudahan, menyelimuti diri kita, meringkukkan badan seperti seorang bayi dan berusaha untuk kembali ke rahim.
Contoh: seorang remaja yang dilanda ketakutan, kemarahan menjadi lengket dan mulai menunjukkan perilaku masa kanak-kanak awal ia sudah lama diatasi, seperti mengompol. Orang dewasa mungkin mundur ketika berada di bawah banyak stres, menolak untuk meninggalkan tempat tidur mereka dan terlibat dalam normal, kegiatan sehari-hari.
5. Proyeksi
Kita semua cenderung tak mengakui beberapa kekurangan kita dan ‘melemparkannya’ pada orang-orang lain. Kita mencoba mencuci diri dari kekurangan kita dengan menempelkannya pada orang lain.melemparkan atau memproyeksikan kesalahan kita kepada orang lain dan kemudian memarahi orang lain atas kesalahan yang kita perbuat.
Contoh:
• seorang yang selalu gagal dalam kuliah, menyalahkan dosen atas kegagalannyaProyeksi seperti ini membantu mengurangi perasaan bersalah karena tidak belajar sungguh-sungguh untuk studinya
• Proyeksi juga berlaku untuk perasaan-perasaan yang baik. Ketika kita malu mengakui prestasi-prestasi kita, kita siap untuk berkata bahwa semua keberhasilan itu adalah berkat orang lain.
6. Displacement/pengalihan
Membelokkan perasaan-perasaan kita ke suatu sasaran yang berbeda. Dapat juga Pemindahan sasaran seperti kita ‘mencari kambing hitam’. Arti kedua dari pengalihan ialah cara menyembunyikan kenyataan yang tak menyenangkan tetapi tidak dapat diakui (dan karenanya dipendam)dengan jalan menonjolkan sesuatu hal lain yang tak begitu mengganggu egonya.
Contoh:
• di kantor dimarahi oleh pemimpin, karena tidak bisa membalas kepada pemimpinnya, ketika di rumah ia mengalihkannya ke anaknya.
• Misalnya saya cemburu kepada saudara, tetapi saya tidak mungkin mengakui. Maka saya memperlihatkan hal kecil-kecil seperti misal saudaranya kurang perhatian padanya.
• Anak laki-laki yang ibunya diktaktor terhadap ayahnya, kelak akan memperlakukan istri sebagai bawahannya. Akan tetapi ia tidak dapat mengakui rasa bencinya terhadap ibu. Maka ia mengalihkannya pada istrinya.
7. Kompensasi
Kompensasi adalah usaha menyeimbangkan berbagai hal dalam kehidupan membuat melejit naik dalam satu bidang untuk menutup kelemahan dalam bidang lainnya.
Contoh:
• Seorang anak yang merasa seringkali tidak dianggap penting oleh orang tuanya, belajar giat, meraih prestasi tinggi untuk menunjukkan bahwa ia bisa dan penting
• Sepasang suami istri, sudah lama menikah dan belum dikaruniai anak. Mereka sudah berkunjung ke beberapa dokter dan menjalani pengobatan, tetapi masih belum juga dikarunia anak. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengangkat anak. Mereka berusaha keras untuk memberikan yang terbaik untuk anak itu
8. Represi
Represi adalah Perasaan-perasaan di yang tekan ke alam bawah sadar. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan.
9. Reaksi formasi:
Reaksi fomasi adalah proses membentuk tingkah laku, perasaan berlawanan dengan apa yang ia rasakan
Contoh: rina tidak suka dengan anaknya, ia justu memperlakukan baik anaknya
10. Fantasi
Fantasi atau disebut juga menghayal membantu menghilangkan perasaan yang tidak menyenangkan dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan.
Contoh: tidak punya kerja, membayangkan menjadi orang kaya
11. Sublimasi
Sublimasi merupaka proses mengalihkan keinginan yang tidak diterima disalurkan menjadi sesuatu yang diterima dan memiliki nilai sosial.
Contoh: orang tua yang anaknya meninggal ditabrak pemabuk, ia melayani support group untuk ortu yang anaknya meninggal karena pemabuk
12. Merohanikan (tambahan)
Mengalihakan segala sesuatu yang terjadi atasnya dengan dasar rohani.
Hampir semua orang yang menjalani konseling ataupun mengalami suatu kejadian yang traumatis atau menyakitkan, secara otomatis mengeluarkan reaksi “Defense Mechanism” atau Mekanisme pertahanan diri sebagai perisai mereka untuk menenangkan diri ataupun bertahan hidup.
Perlu dimengerti bahwa “Defence Mechanism” tidak selalu bernilai negatif.
Terkadang dalam konseling, ada kalanya membiarkan seseorang memakai perisai itu.
Misal seorang ibu yang punya anak kecil-kecil, suaminya meninggal mendadak. Ia merasionalisasikan semuanya untuk menenangkan diri dan memberikan kekuatan bagi dirinya sendiri. Maka kita harus membiarkan dia memakai perisai itu. Sampai waktunya tepat, kita mulai membuka sedikit demi sedikit melepas perisai itu.
Tanpa mengetahui macam-macam mekanisme pertahanan diri ini, proses konseling akan menjadi lamban dan tidak bisa berpindah ke tahap yang lebih dalam.
Kita tidak dapat mengenal karakter dari partner konseling kita, apakah mereka adalah orang yang terbuka atau orang yang menutup diri.
Ketika kita sudah dapat membedakan berbagai macam mekanisme pertahanan diri, maka kita pun dapat menentukan langkah bijak apa yang harus kita ambil untuk menanggapi klien dan melanjutkan proses konseling ke level yang lebih dalam dan intim lagi.
Para staff JOY Fellowship pun sangat perlu dibekali ilmu untuk mengenal dan dapat membedakan berbagai mekanisme pertahanan diri ini. Dimana kedepan diharapkan para staff JOY Fellowship dapat bisa mendampingi mahasiswa-mahasiwa yang membutuhkan bimbingan konseling di masing-masing cellgroup.