Rapport, Kesimpulan dan Konseling Rasa Bersalah (A Training Resume)

ditulis oleh Diljerti Panggalo

Dalam pertemuan Pelatihan Staff kali ini, kami belajar materi Teknik Konseling. Pada pertemuan sebelumnya membahas tentang Validasi, Konfrontasi, Silent , Simbol & Word Picture. Pertemuan kali ini masih membahas tentang beberapa teknik lain yang digunakan dalam konseling.

Teknik konseling

     Rapport

Rapport itu seperti membangun jalan raya antara konselor dan konseli

Adalah hubungan yang terdapat di dalam konseling dimana tujuannya untuk membangun relasi antara konselor dan konseli sehingga proses konseling dapat berlangsung dengan baik. Rapport itu seperti membangun jalan raya antara konselor dan konseli. Biasanya dilakukan diawal setiap konseling (Welcoming)

Cara  membangun rapport

  • Mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan konseli dengan membaca catatan konseling sebelumnya
  • Kata pembuka yang “menenangkan” seperti dari mana, wah terimakasih sudah berjuang datang
  • Pertanyaan “pembukaan” di awal,  tidak langsung ke sesi konseling
  • Sikap konselor (respon, anggukan)

Kesimpulan

kesimpulan yang singkat akan mengurangi kebingungan konseli

Sesuai namanya teknik ini merupakan kesimpulan dari cerita konseli yang dirangkum dari sesi-sesi konseling. Kesimpulan bisa dari beberapa sesi konseling atau dari satu sesi pertemuan konseling. sebaiknya rangkuman tetap singkat, ringkasan atau kesimpulan yang singkat akan mengurangi kebingungan konseli. Kesimpulan berisi perasaan dan isi cerita, kesimpulan dilakukan oleh konselor. Kadangkala dalam melakukan kesimpulan ada kemungkinan distorsi atau salah interpretasi, sehingga sebagai konselor harus selalu crosscheck kepada konseli.

Kesimpulan yang baik, memiliki fungsi:  

  1. Sebagai pemeriksaan persepsi konselor
  2. Melihat kembali  dan memberikan gambaran masalah kepada konseli secara utuh
  3. Jika kesimpulan lebih jelas, akan mempermudah untuk memutuskan langkah selanjutnya, tindakan selanjutnya dll

Konseling Rasa Bersalah

Terkadang konseli yang datang untuk konseling membawa masalah terkait rasa bersalah akan sesuatu hal. Agar proses konseling tepat sasaran, maka konselor perlu mengetahui jenis rasa bersalah yang dimunculkan oleh konseli.

Rasa bersalah ada 2:

  1. Rasa bersalah yang sesungguhnya (tepat pada tempatnya). Jika tidak ada rasa bersalah, malah merupakan suatu yang aneh. Misal setelah melakukan pembunuhan, memaki, dst.

Ada kesalahan yang bisa ditunjukkan.

Cara menolongnya mengakui kesalahan, minta pengampunan dan mengampuni diri sendiri

  • rasa bersalah yang tidak sesungguhnya (tidak pada tempatnya).

Tidak ada kesalahan yang tidak dapat ditunjukkan

Misal: orang tua bercerai, seorang anak merasa itu kesalahannya

Cara menolongnnya dengan memakai terapi kognitif untuk menunjukkan bahwa rasa bersalah konseli adalah rasa bersalah yang tidak tepat

Saat menolong konseli yang memiliki rasa bersalah, konselor harus membedakan rasa bersalah tersebut lalu menolongnnya sesuai dengan jenis rasa bersalahnya.

Setelah mempelajari teknik konseling kami belajar untuk menggunakan teknik yang tepat pada verbatim konseling yang ditemukan di google. Dari beberapa kasus yang ditemukan, kami mencari kercakapan yang mungkin bisa diganti dengan yang lebih tepat dan juga belajar menganalisis cerita konseli untuk mencari tahu langkah apa yang sebaiknya digunakan berdasarkan teknik yang sudah dipelajari beberapa minggu lalu.

Validasi, Konfrontasi, Silent , Simbol & Word Picture (A Training Resume)

ditulis oleh Gloria PM

Dalam pertemuan Pelatihan Staff kali ini, kami belajar tentang materi yang sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu Teknik Konseling Paraphase dan Question dimana kali ini teknik-teknik yang dibahas oleh ak Riana yaitu: Validasi, Konfrontasi, Silent, Simbol & World Picture.

  1. Validasi

“It’s Okay to be who you are”

Adapun pengertian dari validasi yaitu: Sebuah teknik dalam konseling untuk pengukuhan dan penguatan yang diberikan seorang konselor kepada konseli. Artinya memberitahu kepada konseli bahwa “It’s Okay to be who you are”. Yang jika diartikan bahwa tidak masalah dengan apa adanya dirimu saat ini.
Sesuatu yang positif, memberi pengakuan akan usaha yang dilakukan konseli

Sebagai contoh : “ Wah! Kamu luar biasa ya.. sudah bertahan sampai sekarang”, contoh yang lainnya yaitu : “saya sekarang sudah mengerti mengapa Andi banyak tertawa minggu lalu…karena ternyata begitu banyak kesedihan yang Andi alami. Saya senang melihat Andi bisa tertawa.” (setelah menolong konseli melihat kekuatannya, pada tahap selanjutnya konselor akan menunjukkan bahwa hal ini juga membuat hidupnya sekaligus tidak efektif)

  • Menyampaikan insight yang mungkin tidak diketahui oleh konseli.

Dengan teknik validasi, konselor dapat membantu konseli untuk menemukan insight atau menambahkan sesuatu yang mungkin sebelumnya tidak disadari oleh konseli.

  • Berfungsi sebagai jembatan untuk menolong konseli untuk menggali lebih dalam informasi dan perasaaanya.

Sebagai contoh : “apakah dari dulu Andi suka tertawa?” atau “ apakah yang Andi rasakan setelah Andi tertawa?”- misal jawabannya adalah lupa masalahnya setelah tertawa. Dengan cara ini, kita menyampaikan pesan bahwa “it’s OK kamu tertawa”, dan pada perkembangan sesi berikutnya dapat kita ungkapkan apa yang ada dibalik tertawa setelah dia bebas menjadi dirinya.

  • Teknik validasi bukan merupakan sesuatu yang” murahan”, butuh waktu yang tepat untuk diungkapkan.
  • Konfrontasi

Secara umum, konfrontasi adalah menantang orang lain atas ketidaksesuaian atau ketidak sepakatan. Adapun teknik konfrontasi adalah upaya konselor untuk membangkitkan kesadaran konseli tentang sesuatu yang mungkin tidak sesuai atau yang telah mereka abaikan.

Jika konfrontasi yang diberikan tepat, maka akan memberikan insight kepada konseli.

Hal –hal yang biasanya di konfrontasikan yaitu:

  1. Ketidakkonsistenan

Ada 4  ketidakkonsistenan yang biasanya terjadi dalam proses konseling yaitu:

  • Data

Terdapat ketidaksesuaian cerita sekarang dengan cerita sebelumnya yang diutarakan oleh konseli.

Sebagai contoh : “dulu bilang masa remaja menyedihkan sekarang ia bilang masa remaja adalah masa yang menyenangkan”

  • Ekspresi

Perasaan yang dirasakan dengan ekspresi tubuh dikeluarkan selama konseling tidak sesuai.

Sebagai contoh: “cerita tentang kesedihan tetapi dengan senyuman, mengatakan kemarahan berada di tingkat 2 tetapi ekpresinya seperti di tingkat 9 (demikian sebaliknya)

  • Reaksi

Reaksi yang berbeda dikeluarkan oleh konseli kepada dua contoh kasus yang diberikan.

contoh :  “terhadap kasus A konseli marah, tetapi dengan kasus B yang mirip, konseli tidak marah”

  • Perlakuan

Adanya perlakuan yang berbeda dari konseli terhadap dua orang

Sebagai contoh : “perlakukan konseli terhadap A dan B berbeda”

Teknik Konfrontasi ini bertujuan menolong konseli untuk  melihat ada apa dengan ketidakonsistenan tersebut.

  • Penyangkalan/Denial

Teknik konfrontasi dapat juga diterapkan dalam hal penyangkalan, jika konselor merasa alasan yang diungkapkan tidak sesuai.

Sebagai catatan, perlu hati-hati untuk melakukan konfrontasi dengan penyangkalan dari konseli, karena terkadang ada beberapa orang yang sementara perlu bertahan/berpijak dengan penyangkalan/denialnya dulu, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Maka konselor harus dengan bijak menggunakan teknik konfrontasi terhadap penyangkalan di waktu yang tepat.

Hal-hal yang menjadi perhatian ketika menggunakan teknik konfrontasi ini adalah:

  1. Dalam konfrontasi perlu hati-hati, jangan menghina konseli/jangan merendahkan konseli
  2. Jangan langsung “penggempur” dengan semua konfrontasi
  3. Efek samping: konseli tidak suka dengan apa yang dihadapkan kepadanya, konseli merasa disudutkan, tapi konselor juga tidak perlu untuk  merasa bersalah
  4. Jika sudah konfrontasi tetapi konseli berkelit, hal yang sebaiknya dilakukan oleh konselor adalah diam saja, jangan berebut kekuasaan. Dan jangan juga jika di sesi selanjutnya konseli mengungkapkan hal yang sudah konselor ungkapkan sebelumnya, jangan bilang “nah, benerkan yang aku ngomong”
  • Silent

Sering kali kita beranggapan bahwa proses konseling adalah hanya berisi kegiatan saya, tetapi dalam konseling butuh yang namanya “ diam” juga.

 Adapun fungsi dari Teknik Silence ini adalah:

  1. Agar konseli bisa merasakan perasaannya

Yang terpenting adalah agar konseli bisa merasakan perasaannya

Diam dalam pikirannya, terutama untuk orang-orang yang memiliki kecemasan tinggi atau fungsional, dengan diam membuat konselor melihat perubahan wajahnya

  • Untuk melihat konseli, apakah merasa tidak nyaman serta untuk melihat reaksinya

melihat reaksi konseli dengan kesunyian (untuk menunjukkan hal-hal yang hilang dalam kesunyian). Melihat apa yang konseli lakukan dalam keheningan. Kadang seseorang tidak nyaman dalam keheningan karena takut dinilai

  • Merubah ritme percakapan apabila konseli berbicara terlalu cepat
  • Merubah arah percakapan
  • Dengan sengaja memberikan waktu kepada konseli untuk mengeluarkan perasaannya.
  • Konselor mau memberikan bola/tanggung jawab kepada konseli sendiri.
  • Simbol & Word Picture

Ilustrasi yang membuat konseli paham akan situasinya

Teknik ini berfungsi sebagai ilustrasi yang membuat konseli paham akan situasinya. Selain itu penggunaan teknik ini membuat konseli bersentuhan dengan perasaan dan juga membuat konseli mudah mengingat. Bisa dikatakan teknik ini seperti ilustrasi saat khotbah.

Adapun contoh teknik konseling menggunakan simbol yaitu:

  • “Andro seperti seorang yang membawa gunting tanaman dan siap memperindah semua kebun yang perlu digunting” siapa andro tanpa gunting tanaman?
  • Hidupmu seperti sebuah tanda tanya ya?
  • Sekarang  tidak ada lagi piring yang harus di cuci yaa (kasus seorang ibu yang terus menerus berusaha menyenangkan hati mertuanya dengan selalu sibuk jika ada di rumah mertuanya)

Teknik konseling menggunakan word picture sama seperti simbol yang menggunakan ilustrasi namun biasanya lebih panjang seperti skenario.

Adapun contoh teknik konseling menggunakan word picture yaitu:

  • Konselor berkata: saya membayangkan ada anak kecil yang bernama Rina, yang ada di tepi jalan, sendiri, menangis karena ditinggal orang tuanya yaa
  • “ketika ibu cerita, saya membayangkan seekor induk ayam yang terus menerus melindungi anak-anaknya. Saya membayangkan ibu seperti induk ayam itu yang terus berjuang keras melindungi anak-anak ibu
  • Bisa juga dipakai untuk menolong konseli menemukan insight , misalnya kamu dan papamu terdampar di sebuah pulau, apa yang akan kamu lakukan dengan papamu.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan yaitu:

  • Bagaimana kalau salah ilustrasi?, it’s ok (tidak masalah)
  • Kalau gambaran/ilustrasinya benar, umumnya akan membuat konseli terdiam. Jika konseli menjawab; “oh, mungkin ada benarnya” Berarti itu belum sepenuhnya benar. Konselor bisa menjawab “bagaimana yang benar menurutmu?”

Demikian beberapa teknik konseling yang telah dibahas di pelatihan staff kali ini, yang pastinya teknik-teknik ini membantu dalam peer konseling.

Paraphrase dan Question (A Training Resume)

ditulis oleh Ria Alfrida TB

Topik yang kami bahas dalam pertemuan Training of Existing Staff of JOY kali ini adalah Paraphrase dan Question dalam melakukan konseling, melanjutkan materi sebelumnya yaitu Mendengarkan secara aktif / Active Listening.

  1. Paraphrase

Secara umum Paraphrase adalah mengulang cerita konseli dengan menggunakan kalimat sendiri.

Paraphrase merefleksikan hal yang penting yang telah dikatakan konseli.

Berdasarkan pernyataan di atas, perlu diketahui bahwa Paraphrase memiliki manfaat dalam konseling baik kepada konselor sendiri maupun kepada konseli, berikut ini adalah beberapa manfaat Paraphrase yaitu :

  • Paraphrase menumbuhkan empati konselor
  • konseli merasa di dengarkan dan dimengerti
  • Paraphrase membantu konseli menyimpulkan isu penting lebih mendalam dan terpusat
  • Paraphrase membantu mengecek persepsi konselor
  • Membantu konseli memahami perasaannya

Langkah-langkah dalam melakukan Paraphrase adalah :

  • Dengar (mendengarkan dengan seksama cerita konseli)
  • Indentifikasi bagian dari cerita yang mengidentifikasikan kejadian, situasi, ide, atau orang yang konseli bicarakan
  • Tangkap kata kunci
    Kata kunci tidak selamanya adalah kata-kata yang sering diucapkan konseli
  • Memberikan pertanyaan (biasanya dalam bentuk pertanyaan singkat)

Dalam proses mengidentifikasi Paraphrase kita perlu memperhatikan dengan seksama Key word/kata kunci yang diucapkan oleh konseli, oleh karena itu ada beberapa hal yang sebaiknya kita pahami secara seksama, yaitu :

  • Kata-kata yang keluar dari mulut konseli itu sendiri
  • Sebuah tema bagi konseli
  • Dapat dipakai konselor untuk diingat yang dapat menjadi pijakan
  • Kata ini tidak selalu sering diucapkan tapi kata yang penting yang keluar dari mulut konseli
  • Semakin sering melakukan konseling, maka akan semakin peka dengan kata kunci

Catatan: Paraphrase yang tidak akurat dapat memunculkan respon “hah?”

Contoh memparaprasekan cerita konseli:

  1. Konseli: “Aku tidak tahu tentang dia. Satu saat dia sangat ramah, dan berikutnya aku melihatnya, dia benar-benar dingin. “

Konselor:  “kamu bingung tentang siapakah dia sebenarnya.”

  • Konseli : Dia sangat payah. Pekerjaannya tidak beres. Dia tidak terlatih. Hubungan dengan anggota CGnya juga tidak baik

Konselor: kamu mengganggap dia tidak kompeten

2. Pertanyaan

Setelah mempelajari topik tentang Paraphrase, selanjutnya kita sama-sama mempelajari topik terkait Question/pertanyaan yang akan diajukan kepada konseli.

Fungsi pertanyaan dalam konseling:

  • Membantu konselor untuk menggali informasi dari konseli

(pertanyaan bisa membantu memahami situasi konseli. Informasi yang sesuai dengan konteks konseling).

  • mengklarifikasi informasi
  • membantu mengarahkan fokus konseli.
  • Pertanyaan dapat membuka area baru untuk diskusi di dalam konseling

gunakan teknik bertanya yang membuat konseli merasa nyaman

Ada 2 tipe pertanyaan:

  1. Pertanyaan tertutup/closed questions
  2. Pertanyaan yang dijawab dengan respon minimal (‘ya’ atau ‘tidak’).
  3. Mengklarifikasi informasi
  4. Mengarahkan fokus konseli
  5. Pertanyaan yang mengarah sesuai dengan hal yang dilihat konselor dalam cerita konseli. Misalnya “jadi kamu merasa kecewa karena perbuatannya kepadamu?
  • Pertanyaan terbuka/open questions
  • Pertanyaan terbuka memberi kemungkinan besar akan mendapat jawaban yang panjang
  • Pertanyaan terbuka mendorong konseli untuk berbicara
  • menawarkan kesempatan bagi konselor untuk mengumpulkan informasi tentang konseli

Pertanyaan

  • Apa :  mengarah pada fakta dan informasi
  • Kapan :  menampilkan waktu masalah
  • Dimana :  memungkinkan diskusi tentang lingkungan dan situasi kejadian.
  • Mengapa : memunculkan alasan.

Catatan:

Perlu berhati-hati saat menanyakan pertanyaan ‘mengapa’. Pertanyaan mengapa dapat memicu perasaan defensif pada konseli dan dapat mendorong konseli untuk merasa seolah-olah mereka perlu membenarkan diri sendiri dalam beberapa cara.

  • Bagaimana : memungkinkan pembicaraan tentang perasaan  atau proses.
  • Who : mengarah kepada fakta

Perhatian:

penggunaan pertanyaan yang berlebihan atau menggunakan teknik bertanya yang dapat berdampak negatif pada sesi. Teknik bertanya yang salah, pada waktu yang salah, di tangan konselor yang tidak terampil, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kebingungan bagi konseli.

Dalam proses konseling, konselor perlu memperhatikan setiap pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada konseli agar tidak mengakibatkan kesalahan yang fatal atau membuat konseli merasa tidak nyaman saat konseling. Berikut adalah 5 teknik bertanya yang salah :

  1. Pengeboman

ketika konselor terjebak dalam pola memberikan pertanyaan-pertanyaan satu demi-satu (bisa terjadi karena konselor terburu-buru segera ingin tahu).

  • Pertanyaan ganda.

konselor mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Misalnya “Tolong ceritakan tentang diri anda, berapa usia anda, di mana Anda lahir, apakah Anda punya anak dan apa pekerjaan Anda?.

  • Pertanyaan sebagai suatu pernyataan

Terjadi ketika konselor menggunakan pertanyaan sebagai cara untuk menjual sudut pandang mereka sendiri. Misalnya, “Tidakkah menurut anda akan berguna jika anda belajar lebih banyak?” atau “Apa pendapat anda tentang mencoba latihan relaksasi daripada apa yang anda lakukan sekarang?

Harus hati-hati karena ini seperti memberikan jawaban tetapi lebih dengan cara yang halus.

  • Pertanyaan dan perbedaan budaya

Perlu diperhatikakn misalnya menyangkut budaya yang tidak sesuai dengan budaya konseli.

  • Pertanyaan mengapa

kecenderungan konseli mencari pembelaan terhadap pernyataan yang disampaikannya.

Disarankan menggunakan teknik bertanya yang membuat konseli merasa nyaman dan menghindari teknik bertanya seperti yang dijelasankan diatas.

Mendengarkan Secara Aktif/Active Listening (A Training Resume)

ditulis oleh Oya Citra

Training of Existing Staff of JOY berlanjut lagi. Kali ini membahas tentang mendengarkan secara aktif. melanjutkan materi sebelumnya Etika Konseling dan Tujuan Konseling.

Kunci dalam mendengarkan secara aktif adalah konselor tidak hanya mendapatkan informasi, melainkan mendorong konseli untuk tetap atau terus berbicara.

Hal-hal yang harus kita dengarkan adalah :

Mendengarkan perasaan-perasaan yang tersembunyi dibalik kata-kata.

  1. Dengarkan perasaan konseli
    a. Mendengarkan perasaan-perasaan yang tersembunyi dibalik kata-kata. Alasan mengapa konselor mendengarkan perasaan-perasaan yang tersembunyi karena konselor menunjukkan bahwa ia mengerti perasaan konseli
    b. Memantulkan perasaan-perasaan yang konselor dengar itu kepada konseli.
    c. Mencerminkan sikap yang menerima (menerima tidak berarti menyetujui). Misal: “saya mengerti perasaan itu kalau pernah dalam posisi itu

Catatan; kalau memang belum pernah ada di posisi tersebut: jangan mengatakan “aku mengerti perasaanmu” konselor tidak pernah paham dan sungguh dapat mengerti perasaan tersebut. Kata-kata ini sangat sensitif buat konseli

2. Dengarkan isi cerita atau buah pikiran konseli.

3. Mencapai kesamaan persepsi atau makna dengan cara mengecek kembali dengan konseli apa yang telah dikatakannya. Misalnya: “jadi yang kamu maksudkan adalah…?”

  1. Mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak diungkapkan oleh konseli. Hal ini dilihat dari bahasa non verbal dari konseli, yaitu :
  2. Memperhatikan pergerakan pada tubuh dari konseli. Contohnya dia sedang gelisah, dia akan melakukan gerakan yang menunjukan bahwa dia sedang gelisah.
  3. Memperhatikan intonasi suara
  1. Mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak diungkapkan oleh konseli. Hal ini dilihat dari bahasa non verbal dari konseli, yaitu :
  2. Memperhatikan pergerakan pada tubuh dari konseli. Contohnya dia sedang gelisah, dia akan melakukan gerakan yang menunjukan bahwa dia sedang gelisah.
  3. Memperhatikan intonasi suara
  4. Mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak diungkapkan oleh konseli. Hal ini dilihat dari bahasa non verbal dari konseli, yaitu :
    a. Memperhatikan pergerakan pada tubuh dari konseli. Contohnya dia sedang gelisah, dia akan melakukan gerakan yang menunjukan bahwa dia sedang gelisah.
    b. Memperhatikan intonasi suara
    c. Memperhatikan pergerakan emosi. Contohnya dia mengatakan begini “Saya tidak sedih kok”. Padahal saat itu matanya sedang berkaca-kaca seperti ingin menangis.
  5. Tindakan memotong pembicaraan
    Tindakan ini boleh dilakukan oleh konselor dengan catatan : hal ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan atau dengan semena-mena. Kasus ini memang jarang terjadi. Namun untuk menangani kasus ini, dibutuhkan skill dan juga latihan.
  6. Jangan mencari jawaban ketika konseli bercerita.
  7. Perhatian dan jangan melamun. Jaga pikiran kita dari pikiran yang mengembara dan fokus pada konseli.
  8. Bereaksi secara tepat, misalnya dengan anggukan, senyum, komentar,dan dukungan.

Ingat bahwa: komunikasi terdiri 35% perkataan yang diungkapkan dan 65% yang tidak diucapkan (john Back)

  • Mendengarkan isi atau buah pikiran  konseli.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang isi/parafrase (bisa ada perasaan juga di dalamnya).

Contoh :

  • Konseli : Orang tuaku selalu tidak pernah puas dengan apa yang aku capai, semuanya selalu salah di depan mereka, berbeda kalau dengan kakakku, dia selalu dipuji.

Konselor : Kamu sedih ya, karena orang tuamu memperlakukan mu berbeda dengan kakak mu.

  • Konseli : Nilai saya selalu jelek, saya tidak cocok dengan jurusan saya, setiap kali baca jurnal bawaannya gantuk terus.

Konselor : Jadi kamu tidak suka dengan jurusan mu ?

Bahasa non Verbal

Di dalam komunikasi, pemahaman terhadap bahasa non-verbal akan mendukung lancarnya komunikasi. Hampir tidak ada manusia di dunia yang berkomunikasi tanpa menggunakan dukungan bahasa non-verbal. Bila bahasa menjadikan hambatan, maka komunikasi dengan bahasa non-verbal justru menjembatani adanya hambatan bahasa tersebut.

Misalnya: saya mencintaimu, tetapi ada senyum sinis di bibirnya

                     Saya tidak sedihà tetapi matanya berkata-kata

Aspek-aspek bahasa non-verbal

  1. Cara berbicara

♣ Artikulasi

♣ Ritme berbicara

♣ Aksen/nada suara (penekanan pada suku kata tertentu)

2. Nada suara

nada suara mewakili 35-40% pesan. Nada suara meliputi volume, tingkat dan bentuk emosi dapat muncul melalui kata-kata yang dipilih.
Dampak nada suara pada kalimat yang sama, memiliki makna yang berbeda atau ganda tergantung pada kata yang ditekankan.

Hal-hal yang dapat menghalangi komunikansi dalam konseling :

  1. Memerintah: “kamu harus…..”, “kamu akan…”
  2. Peringatan, ancaman: “jika kamu tidak melakukannya maka…
  3. Memoralkan, berkotbah: “kamu harus….”, “ kamu bertanggung jawab untuk…
  4. Menasehati, memberi solusi: “ apa yang saya lakukan adalah…., “kenapa kamu tidak melakukan…..”
  5. Menghakimi, mengkritik, menyalahkan: “kamu tidak dewasa…”, “kamu malas…”
  6. Nama panggilan-ejekan: “ cry-baby..”, “baiklah,Mr smart…”
  7. Menentramkan hati, simpati: “jangan kuatir..”, “tersenyumlah..”
  8. Menggunakan terlalu banyak penyelidikan atau pertanyaan: “mengapa…”, “siapa…”,  apa yang kamu lakukan…”
  9. Sindiran yang tajam/sarkatis, withdrawal: “mari bicara hal-hal yang menyenangkan..”, “mengapa kamu tidak coba untuk menaklukkan dunia..”

Tujuan konseling (A Training Resume)

ditulis oleh Prestiwani N

Training of Existing Staff of JOY berlanjut lagi. Kali ini membahas tentang tujuan konseling. Melanjutkan materi sebelumnya tentang Etika Konselor dan Mekanisme Pertahanan diri.

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan konseling, antara lain:

  • Membantu konseli untuk menemukan dan melihat permasalahannya secara objektif dan menyeluruh.

Kebanyakan konseli yang datang untuk konseling merasa bahwa permasalahannya lebih berat dari yang seharusnya.

Kadang konseli juga merasa bahwa orang lain selalu menjadi sumber permasalahannya.

  • Membantu konseli untuk menemukan jalan keluar / mengembangkan insight untuk masalahnya sendiri.
  • Mendorong konseli untuk bertumbuh mandiri.
  • Melihat sumber kekuatan konseli dan  menemukan support system.
  • Menurunkan tekanan yang tidak perlu
  • Memberikan pilihan-pilihan realistik
  • Memperbaiki hubungan interpersonal

Seorang konselor bukanlah problem-solver untuk konseli

Seorang konselor bukanlah problem-solver untuk konseli. Lewat proses konseling, konselor memandu konseli untuk menemukan jawaban dan mengambil keputusan bagi permasalahan konseli sendiri.

Panduan dasar konseling

Ada beberapa langkah sebagai panduan dasar dalam melakukan konseling. Langkah-langkah ini harus dilakukan secara berurutan, tidak boleh dilangkahi atau dilakukan secara acak.

  1. Mempersilahkan konseli menceritakan apapun yang ingin dia kemukakan/sharingkan.

Ini merupakan kesempatan konselor untuk mengumpulkan data dan kesempatan konseli untuk mengeluarkan unek-unek (perasaan yang dirasakan seperti kekecewaan, sakit hati dan perasaan lainnya yang dipendam).

  • Membantu konseli mengeluarkan dan menyadari emosi (perasaan) yang ada, yang belum muncul di langkah pertama (1). Dalam istilah psikologi, tahap ini dinamakan katarsis.

Proses tidak bisa maju ke langkah ke 3, jika emosi konseli belum keluar semua.

Di tahap ini konselor perlu memperhatikan adanya unsur budaya dalam hal pengungkapan perasaan, contohnya: jika yang diceritakan berkaitan dengan orang tua atau yang sudah meninggal (terutama di budaya Asia, menceritakan kesalahan atau keburukan orang yang lebih tua atau orang yang sudah meninggal dianggap perilaku tidak sopan), atau menceritakan orang yang sudah berubah menjadi baik (merasa tidak enak karena seperti menjelek-jelekkan orang tersubut).

Cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengeluarkan emosi, antara lain:

  • Menulis dan membaca surat
  • Teknik kursi kosong
  • Psycho-imagery, sebuah latihan mental yang mengoptimalkan pada proses membayangkan yang menggunakan seluruh panca indera.
  • Di Langkah ini ada dua cabang (langkah ini dipilih salah satu sesuai dengan keadaan konseli):
  • Jika berkaitan dengan masalah yang membutuhkan problem-solving: yang dilakukan adalah cognitive therapy.

Untuk kasus tertentu (seperti depresi), kognitif terapi perlu didahulukan sebelum mengeluarkan emosi.

  • Jika berkaitan dengan masalah dengan orang lain (luka batin): yang dilakukan adalah menolong konseli berdiri di “kakinya” atau berdiri di sisi yang lain. Contoh: seseorang yang memiliki luka batin karena seringkali dikritik oleh ibunya, melihat bahwa ibunya dulu mengalami kekerasan verbal dari orang lain.

Langkah ini bisa dilakukan dengan cara: membuat Genogram (pohon keluarga) dan wawancara

  • Melepaskan pengampunan. Konselor mendorong konseli berdoa dan mengucapkan “saya mengampuni…”
  • Memperbaiki perilaku dampak dari luka batin (bisa bersamaan dengan tahap 4).

Contoh: karena sering dikritik, seseorang punya kecenderungan untuk mengritik. Luka batin, seperti layaknya luka fisik, seringkali meninggalkan bekas. Bekas luka ini menjadi perjuangan seumur hidup seseorang. Dengan konseling, kita seperti membantu memasang peredam atau penyaring sehingga dampaknya dapat kita kurangi.

Counseling Ethics(A Training Resume)

oleh Diljerti Panggalo

Hari ini pelatihan staff masih seputar peer konseling. Kali ini yang dibahas terkait etika konseling dan segala yang berkaitan dengan konselor.

Sebagai seorang konselor sudah seharusnya mengenal diri sebelum mengkonseling klien. Hal ini berkaitan dengan keefektifan konseling yang akan dilakukan.


Apa saja yang harus dikenali dalam diri sebelum menjadi konselor :

  1. Mengenali hal sensitif (perasaan-perasaann yang membuat tidak nyaman), kemungkinan berkaitan dengan masa lalu, luka.
  2. Kebutuhan-kebutuhan kita yang merupakan titik rawan kita. Misal: kebutuhan diterima, kebutuhan akan kasih
  3. Apakah saya mau mendengarkan? Bagaimana saya menerima orang yang bercerita? Empati saya bagaimana
  4. Apakah ada topik-topik tertentu yang membuat saya tidak nyaman? Mengapa?
  5. Kapasitas diri dalam mendengarkan (contoh: 1 hari tidak lebih dari orang yang dikonseling)
  6. Waspadalah dengan transferensi dan countertransferensi
    Transferensi: pengalihan perasaan yang tanpa di sadari dari konseli kepada konselor
    Countertranferensi: pengalihan perasaan yang tanpa di sadari dari konselor kepada konseli
    Kalau saya tidak mengenal diri saya, bagaimana saya dapat menolong orang lain? Kalau saya tidak terbuka dengan diri saya, bagaimana saya dapat menolong orang lain lebih efektif?.

Attending
Attending adalah cara-cara konselor dapat “bersama” dengan konseli, baik secara fisik dan psikologi. Attending juga berarti konselor menjadi perhatian dengan apa yang konseli katakan dan lakukan.

Effective attending, mengatakan kepada konseli bahwa konselor ada bersama dengan mereka dan mereka dapat membagi ceritanya kepada konselor.

Bagaimana Cara Untuk Attand
A. Bahasa Tubuh Konselor

  1. Kontak mata dengan konseli.
  2. Posisi duduk (Agak condong ke arah konseli, posisi di depan konseli)
  3. Bahasa tubuh yang penuh perhatian
    • Sikap yang mendukung, menunjukkan ekpresi ketertarikan pada wajah dan hindari kegelisahan, tenang
    • Duduk dengan lengan yang terbuka, hindari tangan di silangkan di depan dada
  4. Kualitas vokal (Gunakan intonasi yang tepat dan berbicara yang jelas)
  5. Vokal tracking
    • Menjaga topik diajukan oleh konseli
    • Memberikan “encourage” lewat gestrure lewat anggukan atau kata-kata atau seperti kata eem
    B. Mendengarkan:
    Mendengarkan adalah sebuah pelayanan. Dengan mendengarkan, akan menolong kita membina relasi yang lebih kuat dengan orang lain. Orang cenderung mencari seseorang yang mendengarkan karena mendengarkan itu menunjukkan kasih.
    Belajar Listening bukan hearing (sambil lalu). listen with your heart, listen with your mind. When you really listen, love is what you find.
    Saat mendengarkan terkadang ada saja halangan yang dialami oleh seorang konselor. Diantaranya:
    • Gangguan internal
    Misal:sakit, masalah pribadi, banyak pekerjaanbelajar meletakkan masalah kepada Tuhan sebelum konseling seperti jaket dilepaskan
    • Gangguan eksternal
    Misal, banyak orang lalu lalang.
    • Gangguan secara subyektif
    tidak suka dengan orangnya,tidak suka sama topiknya (yang dibicarakan klien), topik berulang jadinya konselor membenarkan diri (defensivenness)
    • Waktu ceritanya gak tepat. Misal konselor ada kegiatan yang lain
    Dampak setelah mendengarkan cerita orang lain :
    • Merasa bertanggung jawab atas masalah orang lain (mesias sindrom, perasaan berharga karena dibutuhkan oleh orang lain)
    • Hati-hati dengan Vicorius Trauma (efek trauma klien yang berdampak pada kehidupan konselor)
    • Klien yang bergantung pada konselor. Perlu mengecek apakah yang salah dalam proses mendampingi klien: apakah konselor berperan sebagai problem solving, apakah tanpa sadar membuat klien bergantung pada konselor.
    • Dampak pada fisik yang kadang dialami konselor : pusing, mual, sakit kepala, lemas, lelah fisik dan pikiran
    • Mempengaruhi relasi konselor dengan orang yang diceritakan orang yang diceritakan klien.
    • Pandangan konselor terhadap klien bisa berubah. Misal menjadi tidak suka dengan klien karena nilai-nilai konselor yang berbeda dengan klien.
    Etika Konseling
  6. Kerahasian untuk semua informasi pribadi
    Hasil konseling dirahasiakan karena dalam cerita klien berkaitan dengan orang lain. Jika ingin memberitahukan hasil konseling kepada pihak lain, harus dengan persetujuan si klien. Misal klien remaja, orang tua harus tahu maka sebelumnya diinfokan kepada klien bahwa akan memberitahu hasil konseling kepada orang tua jika klien berada dibawah umur.
    ada kasus yang diperbolehkan untuk pihak lain mengetahui hasil koseling seperti hal yang sudah menyangkut nyawa, abuse, kesehatan mental
  7. Kerahasian untuk semua informasi yang tertulis
  8. Penggunaan kasus-kasus untuk ilustrasi harus meminta ijin terlebih dahulu dan merahasiakan identitas klien
  9. Jangan membicarakan konselor yang lain (jika klien sudah pernah konseling sebelumnya).
  10. Sebagai konselor tidak membicarakan orang yang sedang dan pernah ia konseling kepada orang lain (juga kepada klien yang lain) tidak boleh juga menjadi pokok doa
  11. Konselor tidak memberi sentuhan yang tidak perlu kepada konseli (terutama kepada yang lawan jenis) karena klien bisa memproyeksikan perasaan pada konselor (transfer perasaan).
  12. Lakukan konseling di tempat yang tepat (mis jangan di tempat tertutup, di kamar hotel, di mobil)
  13. Seorang konselor harus mengenal keterbatasannya.
    • Bukan berarti menyerah di awal. Melakukan dulu, kalau sampai tidak bisa, dapat bilang: “gimana kalau kamu bicara dengan….” Karena saya merasa tidak mampu
    • Agak sulit mengkonseling orang-orang yang terlibat secara emosi misal suami, istri, ortu,dll (relasi ganda)
  14. Informed consent
    • berkaitan dengan kerahasiaan dan informasi terkait rangkaian konseling yang akan dilakukan, di informasikan di pertemuan awal sebelum konseling dimulai.

Defense Mechanism (A Training Resume)

oleh Gloria P. M.

Hari ini pertemuan Ke-2 Staff JOY Fellowship akan pelatihan Peer Counseling, dimana pada pertemuan pertama senin yang lalu membahas mengenai “Bagaimana Mengenal Perasaan” maka di pertemuan kali ini, Kak Riana sebagai pengajar menyampaikan materi “ Defense Mechanism” yang diartikan dalam Bahasa Indonesia yaitu “Mekanisme Pertahanan Diri”. Didalam dunia konseling, Defense Mechanism sangat sering dijumpai oleh para konselor ketika menangani kliennya.

Defence Mechanism adalah sebuah proses yang tidak disadari untuk melindungi diri sendiri sebagai upaya untuk mengatasi kecemasan.

Seorang konselor harus bisa membedakan jenis-jenis pertahana diri yang diungkapkan oleh klien dan bagaimana cara untuk menaggapinya.

Ada beberapa jenis mekanisme pertahanan diri yaitu:

1. Denial/penolakan/pengingkaran
Denial adalah penolakan untuk menerima kenyataan atau fakta, bertindak seolah-olah peristiwa menyakitkan, pikiran atau perasaan tidak ada.

Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

Contohnya: ah, merokok itu tidak terlalu berbahaya. Ayahku tidak menyakitiku, perlakuannya tidak menyakitkan sama sekali.

2. Rasionalisasi
Rasionalisasi dengan mengajukan alasan yang baik untuk menggantikan alasan yang sesungguhnya.

Contoh:
• kenalanmu mengadakan pesta tetapi ia tidak mengundangmu. Kamu merasa dianggap sepi dan disingkirkan, tetapi untuk menyembunyikan perasaan yang terluka dan membuat lebih mudah menangani perasaan itu, kamu berkata pada diri sendiri, “untunglah, bagaimanapun juga saya sungguh-sungguh tidak berminat hadir dalam pesta mereka. Mereka selalu saja membosankan. Atau alasan: ah, sepertinya dia lupa memberikan undangan kepada saya
• Seorang gadis (kate) hamil dan mengatakan hal itu terhadap pacarnya. Setelah mengatakan hal itu pada pacarnya, cowoknya itu menghilang. Kate mengatakan di dalam hatinya bahwa: “ia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Saya tahu ia akan menghubungi saya jika ada waktu. Kejadian ini pasti mengejutkan dia. Ia adalah pria yang hebat.”Sangat mengerikan jika Kate harus mengakui bahwa pacarnya mungkin saja melarikan diri, ketakutan dan menghilang untuk selamanya. Demikian juga ia harus mengakui bahwa pacarnya bukan pria yang hebat. Kate membuat perisai bagi dirinya sendiri untuk melawan kenyataan yang menyakitkan.

Ia melakukan hal itu dengan mengajukan alasan yang baik untuk menggantikan alasan yang sebenarnya.

3. Intelektualisasi
mengarahkan segala sesuatu pada konsep-konsep pemikiran. Menekan perasaan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Contoh: seorang yang didiagnosa sakit kanker, dia langsung mengalihkan dengan mencari tahu langkah-langkah pengobatan

4. Regresi

Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal (lebih muda dari usianya) dan kurang matang. Banyak dari antara kita akan mengalami saat-saat ketika berbagai hal tidak beres dan kita membiarkan diri kita menjadi pemarah dan merasa jemu. Kita mengharapkan orang memaklumi keadaan kita yang sulit. Bahkan kita mungkin melarikan diri dalam tidur tak berkesudahan, menyelimuti diri kita, meringkukkan badan seperti seorang bayi dan berusaha untuk kembali ke rahim.

Contoh: seorang remaja yang dilanda ketakutan, kemarahan menjadi lengket dan mulai menunjukkan perilaku masa kanak-kanak awal ia sudah lama diatasi, seperti mengompol. Orang dewasa mungkin mundur ketika berada di bawah banyak stres, menolak untuk meninggalkan tempat tidur mereka dan terlibat dalam normal, kegiatan sehari-hari.

5. Proyeksi
Kita semua cenderung tak mengakui beberapa kekurangan kita dan ‘melemparkannya’ pada orang-orang lain. Kita mencoba mencuci diri dari kekurangan kita dengan menempelkannya pada orang lain.melemparkan atau memproyeksikan kesalahan kita kepada orang lain dan kemudian memarahi orang lain atas kesalahan yang kita perbuat.
Contoh:
• seorang yang selalu gagal dalam kuliah, menyalahkan dosen atas kegagalannyaProyeksi seperti ini membantu mengurangi perasaan bersalah karena tidak belajar sungguh-sungguh untuk studinya
• Proyeksi juga berlaku untuk perasaan-perasaan yang baik. Ketika kita malu mengakui prestasi-prestasi kita, kita siap untuk berkata bahwa semua keberhasilan itu adalah berkat orang lain.

6. Displacement/pengalihan
Membelokkan perasaan-perasaan kita ke suatu sasaran yang berbeda. Dapat juga Pemindahan sasaran seperti kita ‘mencari kambing hitam’. Arti kedua dari pengalihan ialah cara menyembunyikan kenyataan yang tak menyenangkan tetapi tidak dapat diakui (dan karenanya dipendam)dengan jalan menonjolkan sesuatu hal lain yang tak begitu mengganggu egonya.
Contoh:
• di kantor dimarahi oleh pemimpin, karena tidak bisa membalas kepada pemimpinnya, ketika di rumah ia mengalihkannya ke anaknya.
• Misalnya saya cemburu kepada saudara, tetapi saya tidak mungkin mengakui. Maka saya memperlihatkan hal kecil-kecil seperti misal saudaranya kurang perhatian padanya.
• Anak laki-laki yang ibunya diktaktor terhadap ayahnya, kelak akan memperlakukan istri sebagai bawahannya. Akan tetapi ia tidak dapat mengakui rasa bencinya terhadap ibu. Maka ia mengalihkannya pada istrinya.

7. Kompensasi
Kompensasi adalah usaha menyeimbangkan berbagai hal dalam kehidupan membuat melejit naik dalam satu bidang untuk menutup kelemahan dalam bidang lainnya.
Contoh:
• Seorang anak yang merasa seringkali tidak dianggap penting oleh orang tuanya, belajar giat, meraih prestasi tinggi untuk menunjukkan bahwa ia bisa dan penting
• Sepasang suami istri, sudah lama menikah dan belum dikaruniai anak. Mereka sudah berkunjung ke beberapa dokter dan menjalani pengobatan, tetapi masih belum juga dikarunia anak. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengangkat anak. Mereka berusaha keras untuk memberikan yang terbaik untuk anak itu

8. Represi
Represi adalah Perasaan-perasaan di yang tekan ke alam bawah sadar. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan.

9. Reaksi formasi:
Reaksi fomasi adalah proses membentuk tingkah laku, perasaan berlawanan dengan apa yang ia rasakan
Contoh: rina tidak suka dengan anaknya, ia justu memperlakukan baik anaknya

10. Fantasi
Fantasi atau disebut juga menghayal membantu menghilangkan perasaan yang tidak menyenangkan dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan.
Contoh: tidak punya kerja, membayangkan menjadi orang kaya

11. Sublimasi
Sublimasi merupaka proses mengalihkan keinginan yang tidak diterima disalurkan menjadi sesuatu yang diterima dan memiliki nilai sosial.
Contoh: orang tua yang anaknya meninggal ditabrak pemabuk, ia melayani support group untuk ortu yang anaknya meninggal karena pemabuk

12. Merohanikan (tambahan)
Mengalihakan segala sesuatu yang terjadi atasnya dengan dasar rohani.
Hampir semua orang yang menjalani konseling ataupun mengalami suatu kejadian yang traumatis atau menyakitkan, secara otomatis mengeluarkan reaksi “Defense Mechanism” atau Mekanisme pertahanan diri sebagai perisai mereka untuk menenangkan diri ataupun bertahan hidup.

Perlu dimengerti bahwa “Defence Mechanism” tidak selalu bernilai negatif.

Terkadang dalam konseling, ada kalanya membiarkan seseorang memakai perisai itu.

Misal seorang ibu yang punya anak kecil-kecil, suaminya meninggal mendadak. Ia merasionalisasikan semuanya untuk menenangkan diri dan memberikan kekuatan bagi dirinya sendiri. Maka kita harus membiarkan dia memakai perisai itu. Sampai waktunya tepat, kita mulai membuka sedikit demi sedikit melepas perisai itu.

Tanpa mengetahui macam-macam mekanisme pertahanan diri ini, proses konseling akan menjadi lamban dan tidak bisa berpindah ke tahap yang lebih dalam.

Kita tidak dapat mengenal karakter dari partner konseling kita, apakah mereka adalah orang yang terbuka atau orang yang menutup diri.

Ketika kita sudah dapat membedakan berbagai macam mekanisme pertahanan diri, maka kita pun dapat menentukan langkah bijak apa yang harus kita ambil untuk menanggapi klien dan melanjutkan proses konseling ke level yang lebih dalam dan intim lagi.

Para staff JOY Fellowship pun sangat perlu dibekali ilmu untuk mengenal dan dapat membedakan berbagai mekanisme pertahanan diri ini. Dimana kedepan diharapkan para staff JOY Fellowship dapat bisa mendampingi mahasiswa-mahasiwa yang membutuhkan bimbingan konseling di masing-masing cellgroup.

Peer Counseling (a Training Resume)

oleh Ria Alfrida Tonapa

Peer Counseling atau Konseling Sebaya merupakan salah satu bentuk pelayanan yang digunakan JOY Fellowship untuk membantu dan mendampingi mahasiswa(i) dalam memahami diri sendiri dengan lebih tepat terhadap kemampuan memecahkan berbagai masalah dalam diri baik secara personal maupun dalam kelompok.

Selama beberapa minggu ke depan, para Staf JOY dibekali/diperlengkapi melalui pelatihan Peer Counseling yang dimentori oleh Kak Riana setiap dua kali dalam  satu minggu.

Hari Senin, 10 Agustus 2020 merupakan hari pertama Staf JOY Fellowship mengikuti pelatihan Peer Counseling. Dalam pertemuan perdana ini, secara garis besar berisikan materi tentang perasaan.  

Jelas salah satu modal menjadi peer counselor adalah mengenal perasaan karena dalam proses konseling/curhat pastilah melibatkan perasaan.

Peer Counselor memiliki peran yang cukup besar untuk membantu konseli (orang dikonselingi) mengeluarkan perasaannya. Pada dasarnya, perasaan yang terpendam seperti teori gas, bila cukup banyak terkumpul mereka menjadi kuat dan akan meledak jika sudah tidak dapat tertampung. Pelatihan ini mengajarkan para staff dalam memahami bagaimana dan apa saja yang perlu kita lakukan ketika mendampingi teman-teman mahasiswa ketika mereka sharing, curhat atau mengeluarkan perasaannya. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konseling antara lain : permasalahan luka batin yang perlu disadari dan dikenali oleh konseli melalui perasaan-perasaan yang mucul pada kondisi yang berkaitan dengan titik sensitif yang belum diketahui dan melihat dibalik alasan sulit mengeluarkan perasaannya.

Dalam materi pendampingan Peer Counseling ada beberapa hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah tidak mengenal perasaan dan berusaha menyembunyikan perasaan. Kedua faktor penghambat ini bisa jadi dipengaruhi oleh lingkungan terdekat, budaya, kepribadian, trauma, jenis kelamin dsbnya. Sebagai contoh, ketika seorang konseli adalah seorang pemimpin, bisa jadi hambatannya mengutarakan perasaan bukan karena tidak mengenali perasaannya namun karena berusaha menyembunyikannya dengan alasan tidak mau menunjukkan kelemahannya kepada bawahannya.

Karena itu, adalah wajib bagi seorang Konselor untuk mengenali dan menggali lebih dalam latar belakang para konseli sehingga bisa membantunya mengeluarkan perasaannya. Beberapa metode yang telah dipakai dalam pendampingan atau konseling di JOY adalah menulis surat, kursi kosong maupun katarsis dengan mengeluarkan emosi melalui media-media tertentu atau berteriak di suatu tempat.

Baru pertemuan pertama, namun banyak hal telah diajarkan terkait perasaan. Ruang lingkupnya adalah memahami emosi baik dan dampak negatif dari emosi atau perasaan-perasaan yang terpendam. Dampak negatifnya tidak hanya dirasakan oleh konseli saja tetapi juga akan mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain. Sebaliknya konseli akan merasakan manfaat ketika mereka mampu mengenali perasaannya dan juga mampu mengeluarkan emosi atau perasaan-perasaan yang terpendam saat proses konseling berlangsung. Selain itu, konseli bisa berkembang baik dalam hal pengetahuan, mencintai, petualang, berkreasi, memberi dan menerima.

Emosi-emosi yang disadari dapat menerangi isi hati kita dan membukakan hal-hal yang tak terduga sama sekali. Mengenal diri serupa inilah permulaan menjadi dewasa.

Setelah tahu apa yang kita butuhkan, apa yang harus kita ubah, maka kita akan menjadi manusia yang utuh. Perasaan-perasaan kita adalah sesuatu yang bernilai dan menjadi bagian penting dari kemanusiaan kita yang utuh.

Jika diperlakukan secara hormat dan diperlihara secara tepat, perasaan-perasaan itu dapat menjadi dasar yang kokoh untuk bertumbuh secara dewasa.

Pelatihan ini sangat menarik buat saya karena saya bisa belajar menjadi seorang pendengar yang baik khususnya dalam pelayanan saya ketika mendampingi teman-teman mahasiswa(i) tentunya. Tidak sedikit dari mereka yang mau sharing ataupun curhat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pergumulan pribadi mereka kepada saya. Melalui pelatihan ini saya juga bisa menerapkan itu kepada mereka yang saya layani meskipun belum sebagai konselor profesional namun langkah-langkah profesional bisa saya terapkan guna menolong JOYer mengeluarkan emosi dan mengelolanya dengan baik.

Menjadi seorang konselor membutuhkan ketulusan hati mendengarkan bukan sekedar mendengar. Bayangkan, berjam-jam mendengar seseorang bercerita (seringkali tanpa arah dan alur) tentunya bisa terasa membosankan atau menjemukan.

Awalnya, saya sempat berfikir mengapa saya perlu tahu detail cerita mereka? Apakah saya sanggup untuk mendengar seluruh keluh kesah mereka? pelatihan ini mengingatkan saya proses konseling yang saya alami sendiri. Menolong karena sudah lebih dulu ditolong dalam hal mengungkapkan perasaan.

Sebelum saya mengikuti konseling, sayapun pernah merasakan bagaimana ketika emosi itu terpendam lama dalam diri saya, dan memang benar, emosi tersebut menjadi seperti bom yang meledak-ledak ketika semakin menumpuk.

Akhirnya setelah mengikuti konseling sayapun sangat terbantu, dan saya bisa merasakan manfaatnya dimana saya bisa lebih mengenali diri sendiri dan juga mengetahui/ menemukan pola-pola reaksi saya ketika berada dalam situasi yang memicu saya untuk meluapkan emosi-emosi saya sehingga pola-pola yang menjadi toxic bisa saya ubah. Manfaat lain yang saya rasakan adalah berkaitan dengan cara saya berelasi dengan orang lain tentunya lebih sehat dibandingkan sebelum saya mengikuti konseling dimana emosi saya bisa terkontrol dan lebih stabil.

Kini saya semakin menyadari bahwa setiap orang perlu dibantu untuk mengeluarkan emosinya. Terlihat sepele namun dampaknya sangat besar dalam kehidupan.

Saya secara pribadi sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan peer konseling ini karena semakin memperlengkapi saya secara pribadi dan tentunya saya juga punya bekal untuk melayani orang-orang yang Tuhan percayakan untuk saya layani. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.

Berikutnya?

Medio Juni  – Juli 2018, saya pernah mengadakan survey terkait kebutuhan informasi dan sarananya. Dari 117 alumni yang mengisi, lebih dari 82% dan 75% menyatakan butuh informasi tentang aktifitas dan keuangan JOY. Sementara lebih dari 70% dan 76% menyatakan bahwa website dan Whatsapp adalah sarana yang tepat untuk mendapatkan informasi tersebut.

Sejak itu, informasi tentang JOY kepada alumni lebih banyak diberikan melalu website dan whatsapp baik group maupun pribadi.

Puji Tuhan, feedback dari alumni juga sangat baik terutama dengan memberi masukan  yang aktif dan berarti kepada persekutuan JOY. Paling tidak, dalam dua tahun ini, ada banyak alumni yang menjadi pembicara workshop bahkan mentoring di JOY terkait entrepreneurship, marketing, sex and relationship, Extra Miles, Personal Branding, dan Marriage life.

Puji Tuhan, dalam dua tahun ini pun, jumlah alumni yang mendukung secara financial secara rutin setiap bulan lebih banyak dari tahun sebelumnya. Komunikasi dua arah menjadi salah satu faktor keterlibatan alumni yang lebih signifikan.

Paling tidak, setiap bulan rata-rata lebih dari 50 alumni yang mendukung keuangan JOY.

 Terima kasih kepada alumni yang setia memberikan feedback baik lewat whatsapp, email maupun website terkait perkembangan persekutuan JOY.

Di masa pandemic ini pun, Tuhan terus memelihara persekutuan JOY. Meskipun seperti kita tahu, semua orang kesulitan secara keuangan, namun alumni tetap memberi waktu, energy bahkan dana untuk mendukung persekutuan JOY. Secara operasional, JOY melakukan kegiatan online sehingga tidak banyak pengeluaran. Hal ini akan terjadi hingga akhir Desember nanti.

Pelayanan JOY banyak mengalami perubahan terutama di masa pandemic ini. Kampus-kampus masih melaksanakan kuliah online bahkan berlaku untuk mahasiswa baru. Kuliah tatap muka baru dapat berlangsung di tahun depan. Bagaimana dengan pelayanan JOY jika keadaan begini terus?

Penjangkauan akan sangat sulit dikarenakan semuanya online, padahal mahasiswa sudah sangat muak dengan hal-hal berbau online sekarang. Sampai akhir Juli ini pun, hanya beberapa mahasiswa baru yang mendaftar, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana melalui UKM FAIR UAJY, Joyer bisa menjangkau lebih banyak mahasiswa baru. 

Apakah JOY akan tiada seandainya keadaan pandemic terus berlangsung?

Sebagai informasi, ada 102 anggota Cellgroup yang masih aktif melakukan CG online dimana 81 di antaranya tinggal di Jogja.

Jika JOY tidak ada, apa yang akan terjadi dengan 102 orang JOYer yang masih aktif ini? Ini pertanyaan efek pandemic yang dirasakan sebagian besar orang.  Para pekerja JOY pun sempat memikirkan efek terburuk yang akan terjadi akibat pandemic. Ada yang mengatakan akan tetap mengikuti panggilannya melayani orang muda dengan pendekatan konseling, ada yang secara khusus ingin lebih tekun melayani mahasiswa S2  secara independen, ada yang ingin kembali bekerja di kota asal dan ada yang ingin menekuni passion-nya.

Beragam jawaban dengan akhir yang sama, kemanapun Tuhan menghendaki jika demikian. Karena Persekutuan JOY adalah milik Tuhan, demikian hidup masing-masing pekerja adalah milik Tuhan.

Puji Tuhan , pemeliharaan Tuhan selalu nyata. Bahkan di tengah situasi yang ada, masih ada anggota baru yang dijangkau melalui jejaring alumni. Beberapa orang tergabung di JOY karena kakaknya atau tantenya adalah alumni JOY.

Saya pribadi menjadi coach di 3 Cellgroup. Salah satu Cellgroup yang dulunya berjumlah lebih dari 10, di akhir tahun lalu telah lulus satu persatu menyisakan tiga orang. Ada satu anggota yang sudah lama tidak bergabung akhirnya muncul lagi dengan berragam pengalaman iman selama masa pandemic ini.

Brandon ini sudah didoakan lebih dari 8 bulan sejak tahun lalu. Pada akhirnya dia hadir dan membawa banyak cerita pengalaman pemeliharaan Tuhan selama bergumul dengan studi dan sakit kedua orang tuanya. Tuhan selalu baik!

Selain Brandon, ada satu lagi mahasiswa baru, saudara dari alumni yang sudah diajak untuk ikut CG secara online. Beberapa JOYer yang pulang kampong memang mengalami kendala sinyal dan pemadaman listrik di daerahnya namun tidak mengurangi usaha mereka untuk terus saling mendukung, menguatkan melalui Cellgroup.

Terima kasih sekali lagi kepada kakak-kakak dan teman-teman alumni yang sudah mendukung persekutuan JOY secara doa, daya dan dana sehingga persekutuan ini masih terus ada dan memberkati kota Jogja. [Gina]

Karya Roh Kudus

Masih ingat Khotbah Pak Son pada Anniversary JOY yang ke-27 di Cornerstone, Hartono Mall tahun 2019 lalu?

Tak terasa satu tahu hampir berlalu. Jika sudah agak-agak lupa (sekitar hampir setahun e!), JOYers bisa mengakses youtube channel JOY Fellowship Indonesia di sini .

Tahun lalu, Pak Son berbicara tentang peran Roh Kudus dalam jemaat abad pertama, dalam persekutuan JOY sejak awal lahir di tahun 1992 dan harusnya tetap dimiliki dan menjadi sumber inspirasi bagi JOY hingga kini.

Firman Tuhan dari Efesus 2: 11-22 berbicara tentang dua kelompok di gereja Efesus.

Di gereja mula-mula ada dua kelompok, yaitu kristen yang latar belakangnya sangat amat berbeda, yaitu orang Yahudi dan orang Yunani. Mereka sangat berbeda.

Di luar gereja biasanya orang-orang dari latar belakang ini menyapapun tidak. Namun di dalam gereja dua kelompok ini sangat rukun sampai mereka menjadi satu. Karena itulah orang-orang di luar gereja memberi nama baru ‘Kristen’ sebagai julukan. Kerena mereka tidak bisa menemukan kesamaan antara dua kelompok itu.

Dari awal Allah mempunyai maksud bahwa bukan hanya bangsa Israel saja menyembah Allah, tetapi segala bangsa juga harus menyembah Allah.

Karena itu Yesus merobohkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan orang Yunani juga. Biar dua-duanya bisa datang kepada Allah Bapa.

Bicara tentang Roh Kudus, fungsinya apa? Banyak orang Kristen menyalahartikan ‘full of Roh kudus’. Khusus yang latar belakang Karismatik. Kebanyakan orang memahami bahwa jikalau orang Kristen yang penuh dengan Roh, dia melakukan mukjizat yang aneh, seperti, berbahasa lidah, menyembuhkan yang sakit, dan lain-lain.

Padahal di dalam Alkitab tidak ada rujukan. Misalnya waktu rasul-rasul memyembuhkan yang lumpuh di dalam KPR 3 di depan Bait Allah, tidak ada yang tertulis rasul-rasul melakukan mukjizat karena penuh dengan Roh.

Tetapi karya Roh Kudus nampak jelas khusus di dalam meyebarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Misalnya di dalam KPR 10 ada satu event, yaitu Kornelius sebagai perwira Romawi didatangi Petrus. Petrus melihat Roh kudus turun ke atas Kornelius dan sekeluarganya. Maka Petrus merasa heran. Karena Kornelius adalah orang Yunani, dianggap kafir oleh orang Yahudi. Kemuadian timbul pertanyaan-pertanyaan dari orang Kristen yang bersunat apakah keselamatan yang diberikan kepada orang Yunani tanpa sunatan sempurna.

Petrus mengungkapkan bahwa keselamatan yang diberi kepada orang Yunani sempurna, kerena mereka juga menerima Roh kudus. Dan dia memberi contoh yang dia alami di rumahnya Kornelius.

Lalu, apa artinya full of Roh kudus atau kepenuhan Roh Kudus? Kita harus membedakan antara diberi Roh kudus dan penuh dengan Roh kudus. Diberi Roh kudus bisa terjadi sewaktu-waktu, sedangkan penuh dengan Roh harus tetap berjalan. Perbedaan ini bisa diumpamakan seperti begini. Kita bisa beli mobil. Tetapi mobil itu bisa tidak berguna, jikalau simpan di garasi terus. Mobil bermakna di waktu disetir oleh sopir. Maka kita menjadi penuh dengan Roh itu jauh lebih penting daripada diberi Roh kudus sewaktu-waktu.
Kita bisa membaca dari Efesus 5: 18
“Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” apakah saudara pernah mabuk? Kalau kita mabuk sangat berbeda daripada tidak mabuk. Kemabukan bisa melawan kehendak daging kita. Kalau kita jatuh pasti merasa sakit, tapi kalau kita mabuk walaupun jatuh tidak merasa sakit. Kita takut, tapi kalau mabuk kita tidak merasa takut.

Itulah kesamaan kita dengan keadaan penuh roh kudus.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita penuh dengan Roh kudus? Yesus pernah mengajar murid-murid bahwa Roh kudus seperti angin yang bertiup, maka orang bisa merasakan walaupun tidak bisa melihat.

[Reshare Khotbah Pak Son]