Mission Korea 2018 (Journal 9)

Tanggal 6 agustus 2018

Pagi ini hujan cukup menyejukkan Korea yang sedang musim panas. Kami ikut doa siang untuk para staf JOY Korea. Staf JOY Korea tidak memiliki doa pagi tetapi doa siang. Ada sharing time juga. Kami diminta sharing tentang pencapaian dalam 7 bulan ini, kesedihan dan juga tujuan kami. Kami bertiga sharing dengan Victor kansanim, Staf Internasional JOY yang membantu kami selama ini. Setelah itu kami saling mendoakan. Kami bertiga juga diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri. Pada kesempan ini juga ada pamitan dari salah satu staf JOY Korea yang akan belajar Geografi Alkitab di Israel.

Setelah selesai seperti kebiasaan staf di sana, kami makan siang bersama. Sambil makan, kami berfellowship bersama istri Victor kansanim, Hye Won pernah datang ke Indonesia selama 4 bulan di tahun 1998 dan pada tahun 2006 saat gempa ia ada bersama pak Son datang ke Jogja. Selama 21 tahun bahasa Indonesia-nya masih bagus. Wah hebat!

Setelah itu, kami bersama Myoung Hee (pernah menjadi short term worker selama 2 tahun, 2006-2008), Hye Won dan Noah staf training joy pergi ke satu café untk minum kopi, juice dan satu roti jagung-ubi, sambil ngobrol-ngobrol tentunya.


Setelah fellowship time yang singkat, Myoung Hee mengantar kami ke universitas Sejong tempat diadakan Mission Korea. Mission Korea kali ini merupakan Mission korea yang ke-16 dan berulang tahun ke-30 dengan tema “Re_”.  Mission Korea pertama kali diadakan tahun 1988. Mission Korea diorganisir secara bergantian oleh lembaga pelayanan mahasiswa yang ada di Korea. Mission Korea pertama kali diorganisir oleh JOY Korea. Kami dibantu oleh salah satu staf JOY International. Kami masing- masing memilih kelas pilihan yang kami ikuti. Kami memutuskan memilih kelas yang berbeda sehingga kami bisa saling bertukar informasi apa yang kami dapat.

Pada jam 5 sore, kami mengikuti orentasi untuk peserta Internasional. Orientasi berisi penjelasan teknis untuk kami misalnya tentang akomodasi. Di pertemuan ini kami bertemu Hogi lagi dan satu mahasiswa dari Indonesia yang sedang kuliah teologi di ACTS.
Setelah makan malam, Mission Korea dimulai dengan pembukaan yakni praise and worship. Walau kebanyakan lagu menggunakan bahasa Korea, tetapi dengan adanya terjemahan bahasa inggris sangat membantu kami mengikuti praise and worship. Salah satu lagu yang berkesan kata-katanya jangan hanya menjadi orang yang beragama tetapi jadilah orang yang dewasa di dalam Kristus.

Setelah itu, ada kesaksian dari satu misionaris Korea yang melayani di Turki. Ia menceritakan tentang pengalamannya mendampingi Husain, satu orang Turki yang diinjili oleh istrinya, yang menerima Kristus beberapa hari sebelum meninggal. Ia juga menceritakan tentang istrinya yang sakit kanker perut. Tetapi dengan banyak pergumulan panggilannya tetap di dalam misi.
Setelah itu, kami praise and worship lagi, kemudian khotbah di bawakan oleh Rev. Patrick Fung, Director of OMF International. Firman diambil dari kisah 11: 19-21.Ada 3 hal yang menjadi poinnya, yakni :

  1. The Power of The Nameless People.
    Allah bisa memakai orang-orang yang tidak terkenal untuk melakukan misi. Kita semua dipanggil untuk misi. Jemaat mula-mula tersebar karena penganiayaan dan itu membuat injil tersebar.
    Penganiayaan tidak membunuh gereja tetapi kehilangan passion utk menceritakan firman Allah dan membaca Alkitab itulah yg membunuh gereja. Yang membuat mereka berani adalah passion yang dari Allah.
    Dalam misi ada tantangan lintas budaya. Orang yahudi yg menjadi kristen juga mengalaminya. Kita harus berpikir secara global. Mission bukanlah program. Mission adalah menceritakan tentang Kristus.
    Pembicara juga bercerita tentang panggilannya. Baru 2 tahun menjadi Kristen ketika masih menjadi mahasiswa kedokteran, Tuhan sudah menantangnya untuk menyerahkan hidup seluruhnya kepada Allah. Ia kemudian melayani sebagai misionaris.
  2. The Power of Faith. Kis 11:22-25. Ayat 23, Barnabas melihat kasih karunia Allah. Kita juga seharusnya melakukan misi dengan iman.jika kita tidak melakukan apa-apa maka tidak akan terjadi apa-apa. Misson ada di mana-mana. Mission ada di setiap orang. Mission from everywere to everywere. Kita bukan orang kristen yang pasif.
  3. The Power of a Long Term Legacy. Kis 11:26. Di Antiokhia pertama kali disebut kristen. Orang yang bukan percaya menyebut mereka orang Kristen. Kriterianya harus terus mengikuti Kristus, menghormati Firman dan berdoa. Jangan hanya berdoa kehendakmu terjadi. Kamu harus berdoa tentang apa yang mau Tuhan untuk saya lakukan.

Setelah selesai kami bertemu dengan pak Son yang mengantar ke tempat kami menginap di Konkuk University yang tidak jauh dari kampus Sejong.

Hari Pertama Mission Korea yang sangat baik. Ada 27 negara yang tergabung sebagai International Participants dari Brunei, Indonesia, India, Bangladesh, Rusia, China, Pakistan, Filipina, dsbnya.

Semoga cuaca semakin teduh dan kegiatan tiga hari kedepan berjalan lancar. [RN]

Seoul (Journal 8)

Tanggal 5 agustus 2018

Pertolongan Tak Terduga

Hari ini kami bertiga beribadah di Oryun Community Church, sebuah pelayanan Internasional yang dimiliki oleh Gereja Oryun yang terletak kira-kira satu jam perjalanan subway dari Jegidong. Kami mendapat informasi gereja tersebut dari Bang Sopar yang pada 2013 datang ke Korea.

Ketika kami sampai di stasiun subway, abang mengatakan bahwa kami menunggu satu orang indonesia yang dikenalnya ketika berkunjung di gereja tersebut di tahun 2013. Kami harus menunggu karena abang lupa jalan ke gereja tersebut.  Dikarenakan kami tidak menemukan jaringan wifi, kami memutuskan untuk jalan menuju ke gereja tersebut berdasarkan ingatan abang. Dan alhasil, kami tersesat kira-kira 30 menit, sampai akhirnya memutuskan bertanya pada salah satu pria Korea yang puji Tuhan, bisa berbahasa Inggris. Beberapa menit pacarnya datang dan bergabung bersama kami. Berbekal alamat yang dikirim ke Bang Sopar sebelumnya, mereka mencari di google map sembari menanyakan orang Korea di situ terkait petunjuknya untuk kami. Setelah menemukan, mereka berdua memutuskan untuk mengantar kami, berjalan sampai tujuan.

Sang pria menceritakan bahwa ia pernah pergi ke China selama tiga bulan. Disana dia pernah tersesat juga, dan sangat bingung karena sedikit sekali kemungkinan menemukan orang China yang dapat berbahasa Inggris. Itulah alasannya kenapa dia bisa berempati dengan kami yang tersesat. Wah senang rasanya mendapat pertolongan yang tak terduga.

Dion, teman Bang Sopar yang memberi info jalan kepada kami

Gereja Yang Bermisi

Walau sedikit terlambat, kami akhirnya sampai di Oryun Community Church. Ternyata ibadah ini diadakan untuk melayani orang-orang Indonesia. Gereja ini memang terbeban untuk melayani orang-orang asing. Mereka memiliki pelayanan dalam 7 bahasa ( Vietnam, Indonesia, Bangladesh, Rusia, Kazakhstan, China dan Inggris). Gereja ini secara rutin setahun sekali mengadakan mission trip (pelayanan medis) ke sumba. Tadi siang, ibadah dalam berbahasa Indonesia dihadiri oleh lima wanita Indonesia yang studi di kampus Suk Myong, satu orang pria Indonesia yang bekerja di daerah Incheon,  satu orang wanita dari Lithuania, diajak oleh lima wanita ini utk percaya Yesus dan satu orang Korea yang adalah penatua dari gereja Oryun.

Di tengah-tengah ibadah ada sesi kesaksian dan perkenalan karena saya dan Gina baru pertama kali datang. Ketika saya menyebutkaan diri dari JOY ternyata beberapa orang sudah tahu. Gina membagikan kesaksian tentang perjuangan teman-teman JOY China dalam melakuan pelayanan dan juga pengalamannya dalam melayani teman muslimnya yang belajar mengenal Kristus.
Firman di bawakan oleh salah satu orang Indonesia bernama Hogi. Dia telah menyelesaikan kuliah M.Div di Torch dan sekarang sedang melanjutkan di program M.Th. Hogi juga menjadi pendeta muda di gereja tersebut. Firman Tuhan diambil dari Keluaran 20:18-21. Tentang bangsa Israel yang takut untuk menghadap Allah. Hal yang membuat takut adalah adanya guntur dan kilat yang mereka hadapi. Musa menenangkan mereka untuk tidak takut karena Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba mereka dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada pada bangsa Israel agar bangsa Israel jangan berbuat dosa. Allah yang Maha Besar mau datang ke manusia karena Ia mengasihi manusia. Kita berharga baginya.

Dunia Yang Sempit

Setelah itu kami berfelowship time dengan makan bersama. Kami menemukan bahwa dunia itu sempit. Kami bertemu dengan teman SMA Hendra – alumni JOY, leader music ministry – yang bernama Intan. Kami lalu melakukan video call dengan Hendra karena mereka berdua sudah hilang kontak beberapa lama. Sungguh tepat, akhirnya bisa kontak-kontakkan lagi mulai sekarang.

Hogi juga berpikir dia pernah melihat saya, ternyata dia pernah beberapa kali datang ke SAAT Malang. Gina juga bertemu dengan sesama orang Ambon bernama Theodora yang berasal persis satu desa dengannya. Saya juga bicara dengan satu ibu Korea yang datang di tengah-tengah kebaktian untuk menyiapkan makanan untuk kami. Beliau seorang dokter, suaminya juga dokter. Ia menceritakan pengalamannya di Sumba dan keterbebanan gereja mereka untuk melayani Sumba.

Setelah makan tentu tak terlupakan kami bertukar instagram dan berfoto bersama. Wah rasanya senang sekali mendapat keluarga baru lagi. Sesudahnya kami bersama mengunjungi satu toko untuk membeli beberapa keperluan kami dan kemudian pulang ke Jegidong.
Di Jegidong kami bertemu dengan teman-teman JOY China yang bersiap-siap untuk pergi. Mereka besok akan mengadakan retreat untuk semua staff yang melayani di JOY China.

Semangat! Begitulah kami saling menyemangati! Saya secara pribadi terberkati dengan perjuangan mereka.

Bersyukur untuk hari minggu yang penuh kebaikan ini. Semoga banyak berkat dan kebaikan Tuhan juga buatmu di hari ini! [RN]

Seoul (Journal 6)

 

Tanggal 3 Agustus 2018

Suhu di Seoul jam 7.30 pagi ini adalah 37°, ketika Pak Son menjemput kami dari Gereja Shim tempat kami menginap menuju rumahnya.

Kami makan pagi bersama di rumah Pak Son, tepat di tengah kota, dengan pemandangan Lotte Tower – salah satu gedung tertinggi di Asia. Makan pagi di sini memang sehat karena Ibu Son sudah menyediakan buah-buahan, roti dan telur.

Semoga Terus Sehat

Setelah makan pagi, kami berangkat menuju E-Land, sebuah perusahaan di kota Seoul yang salah satu divisinya bernama Asian Mission. Bagian ini telah mendukung pelayanan staff senior JOY selama beberapa tahun terakhir.

Kami sangat bersyukur karena bisa bertemu dan sharing terkait pengalaman, tantangan dan situasi JOY sekarang. Asian Mission telah mendukung lebih dari 700 pelayan Tuhan selama ini.

Di sela pertemuan, Kak Riana sempat diperiksa tim medis Asian Mission karena kondisi fisiknya menurun. Dalam perjalanan dari rumah Pak Son ke E-Land, Kak Riana pusing dan akibatnya muntah-muntah. Cuaca di Seoul memang sangat panas, bahkan untuk ukuran orang Korea sendiri.

Mohon doanya agar selama di Korea, kami tetap fit dan bisa mengikuti setiap konferensi dan pertemuan dengan lancar.

Dari E-Land, kami menuju kantor OMF, tempat pak Son bekerja. Kak Riana sangat lemah sehingga perlu beristirahat. Pak Son, Bang Sopar dan saya makan di warung terdekat kemudian membawakan bubur ayam buat kak Riana untuk minum obat.

Di sela istirahat satu jam, kami mendapatkan video call dari Timor Leste, yakni dari Kak Flo yang sangat meng-encourage kami. Malam harinya pun dapat video call lagi karena ada fellowship time bersama Bang Tarigan yang sedang berkunjung ke Dili.

Setelah beristirahat kira-kira sejam, kami menuju JOY Office di Jegidong untuk istirahat dan cuci baju.

Kasih Karunia

Tepat jam 6, kami bertemu dengan Hong Kyoung Soo, salah satu short term worker dulu di JOY. Kyung Soo adalah salah satu pemrakarsa JOY Song Book. Tahun 1997 datang pertama kali melalui Love Indonesia Project (LIP) 1 kemudian kembali lagi ke JOY menjadi short term worker pada tahun 1999. 

Kami banyak bercerita tentang pengalamannya menjadi profesional worker di Israel. Semua anak-anaknya juga lahir di sana. Ada banyak cerita terkait JOY, karena tidak terasa sudah hampir 20 tahun waktu berlalu sejak Kyung Soo melayani di JOY. Salah satu bagian paling menarik adalah sharingnya tentang Mas Gunawan dan anniversary JOY ke-7.

­

Bersama Kyung Soo

Saya secara pribadi tidak mengenal Mas Gunawan, tetapi selalu mendengar kisah tentangnya dari Pak Son. Kali ini mendengar kesan pribadi Kyung Soo ketika bersama mas Gunawan berlibur ke Medan, ke rumah Bang Ian. Kyung Soo mengulang terus pernyataan “Gunawan sangat baik dan saya sangat sedih ketika dia pergi”.

Saya pribadi menyadari bahwa JOY dipenuhi dengan orang-orang yang berragam. Satu hal yang sama dari generasi ke generasi, kita mengalami kasih karunia Allah yang besar melalui persekutuan ini terutama melalui orang-orang yang kita temui di dalamnya.

Setelah ditraktir makan malam oleh Kyung Soo, kami jalan kaki kembali ke JOY Office untuk beristirahat. Sembari menulis jurnal ini, saya menemani teman-teman JOY China menikmati makan malam mereka di ruang tamu. Mereka juga belum kembali ke negaranya karena masih ada beberapa pertemuan, kunjungan ke gereja dan retreat hingga pertengahan bulan ini.

Hari Jumat yang penuh cerita. Tuhan baik dan kasih-Nya tidak pernah habis bagi kami! [GN]

 

 

 

 

 

International JOY Conference (Journal 5)

Tanggal 2 agustus 2018

Jangan Menghindar

Pagi yang cerah menyambut kami memasuki hari terakhir International JOY Conference. Acara dimulai dengan praise and worship, selanjunya morning devotion yang dipimpin oleh Ra Sothea staf dari kamboja.Bacaan di ambil dari Yunus 1: 1-3. Kisah Yunus yang diutus ke Niniwe tetapi melarikan diri ke Tarsis. Yunus melarikan diri karena tidak suka dengan orang-orang Niniwe. Apakah dalam pelayanan kita, kita menghindari orang-orang yang menjengkelkan kita?

Kita seharusnya terus berjuang dalam pelayanan karena hati Allah terhadap jiwa-jiwa. Terus berjuang dalam iman dan pelayanan karena Tuhan selalu bersama kita. Ra Sothea juga menceritakan bagaimana ia memperjuangkan imannya, diusir dari rumah, dipukul karena mengikuti Kristus, tetapi terus memegang keyakinannya di dalam Tuhan membuatnya bertahan.

Saudara dalam Kristus

Setelah makan pagi yang mengenyangkan, kami praise and worship lagi, salah satunya kami menyanyikan lagu bahasa Indonesia yaitu dalam Yesus kita bersaudara yang dinyanyikan juga dalam bahasa China dan bahasa Inggris. Oya kami juga menyanyikan lagu God is so good dalam bahasa masing-masing. Wah, jadi mengingat satu ayat di Wahyu tentang nanti semua suku bangsa akan bersama-sama berdiri di hadapan Allah untuk menyembah Dia. Soon and very soon we are going to see the King, menjadi lagu yang menegaskan hal itu.

Closing ceremony dipimpin oleh pak Lee pendiri JOY china yang diambil dari Yoh 20:19-23, kisah tentang Yesus yang menampakan diri kepada murid-murid yang sedang bersembunyi di dalam sebuah kamar. Yesus menyapa murid-murid dengan ucapan “Damai sejahtera kuberikan padamu”. Ketakutan diubah menjadi damai sejahtera. Yesus juga memberikan roh kudus kepada murid-murid dan kemudian diutus. Kami akan kembali ke negara kami masing-masing dengan segala kesulitan tetapi damai sejahtera diberikan kepada kita oleh Allah yang telah mengutus kita.
Setelah itu beberapa orang memberikan kesan tentang acara ini. Beberapa hal yang sama adalah keinginan untuk tetap berhubungan dengan cara saling mendoakan satu dengan yang lain. Gina memberi kesan bahwa ia senang bertemu dengan orang-orang yang juga berjuang bersama-sama dengan JOY Indonesia.
Setelah itu kami berfoto bersama yang tentu membawa sukacita dan saat berpisah telah datang. Kami diberi kesempatan untuk saling menyapa dan memberikan dukungan. Kami saling berjabat, berpelukan dan memberi dukungan. Tanpa terasa air mataku jatuh. Saya menangis bahagia terharu melihat bahwa orang lain di negara lain dengan perjuangan yang sama menjangkau mahasiswa-mahasiswa untuk mengenal Yesus. Saya bahagia menemukan saudara, yang walaupun baru bertemu dan kenal seperti sudah lama kenal. Keterbatasan bahasa tidak menjadi penghalang buat kami. Kami saling mendukung dan berjuang untuk saling mendoakan satu dengan yang lain.
Setelah itu kami makan siang dan kembali ke tempat kami masing-masing.

Kami bertiga kembali ke kantor JOY di Jegidong. Sesudah berisitrahat sejenak kami naik subway untuk bertemu Ibu dan Pak Son. Kami makan malam bersama dengan menu makanan korea. Sambil makan kami saling bercerita, tentu saja tak ketinggalan cerita lucu pengalaman keluarga Pak Son selama di Indonesia. Misalnya tentang Hose yang mandi lebih lama karena main dengan kecebong di kamar mandi. Juga pengalaman ibu Son membuat tokek pingsan untuk dapat mengusirnya dari rumah.

Rencana awal sebenarnya kami akan homestay di rumah pak Son, tapi berhubung cuaca di seluruh korea sangat panas. Malam ini suhunya 33° C dan di siang hari bisa mencapai 39° C sedangkan AC di rumah pak son hanya di satu kamar, akhirnya kami menginap di gereja Shim tidak jauh dari rumah Pak Son. Baru besok pagi kami sarapan bersama di rumah Pak Son. Bersyukur untuk Ibu dan Pak Son yang selalu semangat melayani kami. Kami bertiga sehat-sehat dan bersyukur untuk pengalaman yang Tuhan berikan sampai hari ini. [RN]

International JOY Conference (Journal 4)

1 Agustus 2018

Tes Kasih Karunia Allah

Memulai pagi dengan menikmati matahari terbit dengan pemandangan pantai menambah syukur kami atas kasih Allah yang tak terhingga. Ini hal sederhana yang semakin kami sadari ketika menyaksikan kisah teman-teman JOY China yang begitu antusias dengan laut dan pantai terutama mereka yang tinggal jauh di kota-kota dataran utama Tiongkok.

Pagi ini kami memulai dengan morning devotion dari Saoxing Chen, staff JOY China. Bacaan bersama dari Matius 20:1-16 yang bercerita tentang para pekerja di kebun anggur Tuhan. Dalam hidup, sering kali kita protes akan kasih karunia Tuhan. Ketika Tuhan memanggil pekerjanya, dia memberi upah sama rata padahal jumlah jam kerja berbeda-beda. Bagaimana bisa? Bukankah itu tidak adil? Inilah yang disebut tes Kasih Karunia. Kita membandingkan hasil kerja kita dengan yang lain dan berharap keadilan padahal cara bekerja Tuhan tidak selalu terkait keadilan. Ladangnya adalah milik-Nya dan hasilnya termasuk uang untuk upahan adalah milik-Nya sehingga Dia berhak memberi upah yang sama kepada pekerja 12 jam, 9 jam, 6 jam, 3 jam dan 1 jam.  Pesan pagi ini mengingatkan bahwa seringkali kita menghakimi Allah atas kemurahan-Nya bagi orang lain karena bandingannya dengan diri kita sendiri. Tuhan belum memberi pasangan hidup, padahal yang seumuran sudah Dia berikan atau Tuhan memberi lebih banyak kepada si A padahal saya bekerja lebih keras darinya. Sejujurnya, Firman ini sangat menegur orang percaya. Jangan sampai kita menjadi yang terakhir!

Menjadi Yang Pertama untuk memberkati Bangsa

Setelah morning devotion, kami makan pagi bersama. Bersama dengan saya satu meja adalah tim JOY China. Semua dari mereka adalah orang Kristen pertama di keluarga mereka. Semua dari mereka mengenal Kristus melalui pelayanan JOY. Ada satu orang staff muda namanya Abel. Dia percaya kepada Yesus setelah dimuridkan di JOY. Hal yang menarik adalah dia kemudian membawa orang tuanya, saudara-saudaranya kepada Kristus. Dia menjadi contoh bagi teman-temannya yang lain yang masih bergumul dengan tantangan dari keluarga mereka yang belum percaya.

Setelah makan pagi, kami melakukan tracking di Somuui. Hiking selama 2 jam dengan jumlah langkah sebanyak 10 ribu langkah. Ada delapan tantangan yang wajib diikuti mulai dari foto lucu, model, atlit hingga foto dengan hewan, di museum dan dengan mata uang dari berbagai negara.

Pemeliharaan Tuhan 

Setelah melawan teriknya siang di pulau dan menikmati makan siang dan istirahat sejenak, kami melanjutkan dengan laporan dari Indonesia, Kamboja, Vietnam dan Overseas Mission JOY. Saya mengajarkan lagu “Roh Allah yang hidup penuhiku”, lagu Indonesia yang secara khusus mengingatkan lagi panggilan misi dan perlengkapan misi yang Allah berikan melalui Kuasa Roh Kudus. Setelah itu saya sharing tentang JOY, situasi Indonesia dengan tantangan politik, sosial, keamanan dan ditutup dengan sharing pokok doa JOY Indonesia dari Kak Riana.

Direktur JOY Kamboja yakni Ra Sokhtea menyampaikan laporannya dengan gaya yang sangat ceria, mengingatkan kami akan Mas Gugun, alumni JOY. Kamboja punya keunikan tersendiri dengan JOY Farmnya.

Dilanjutkan dengan sharing dari JOY termuda yakni JOY Vietnam yang baru dimulai tahun ini di Hanoi. Dibanding Jogja, Hanoi memiliki lebih banyak mahasiswa yang perlu dilayani yakni 800.000 mahasiswa. 80% dari mereka adalah atheis karena latar belakang Komunis yang berakar di sana.

Terakhir, Victor Je, Direktur International JOY Overseas menjelaskan tentang perkembangan terakhir misi overseas termasuk harapannya untuk memulai misi di negara baru di Asia Barat. Victor juga menyampaikan bahwa JOY Filipina sayangnya tutup, namun JOY Kirgyztan masih ada hanya tidak dapat ambil bagian dengan International JOY Conference karena situasi politik di sana.

Mari kita berdoa agar Tuhan mengirimkan orang/keluarga untuk dipakai menanam Firman Tuhan dan JOY Spirit dimanapun kita berada selama kita masih ingat bahwa kita adalah Duta Kristus bagi dunia ini.

Setiap laporan diakhiri dengan doa bersama bagi masing-masing negara.

Secara global, pelayanan mahasiswa di seluruh dunia mengalami hal yang sama termasuk di JOY secara keseluruhan. Di China, Korea, Kamboja, Vietnam, dan Indonesia, mahasiswa yang adalah generasi Z tidak terlalu tertarik dengan hal rohani. Inilah tantangan kita zaman sekarang.

Setelah laporan, kami menikmati barbeque ala Korea dengan sajian daun selada, bumbu dan daging babi.

Air Hidup 

Kegiatan hari ini ditutup dengan sharing dari Soo Euk Kim, Direktur JOY Korea tentang hidup sebagai para pelayan Tuhan. Cerita wanita Samaria di tepi sumur dalam Yohanes 3 mengingatkan kita bahwa bisa saja kita mencari “sumur-sumur Yakub” yang lebih terbukti terpercaya selama ribuan tahun. Yesus mengingatkan kita bahwa Dia lebih dari sumur Yakub, Dialah air hidup yang bertahan hingga kekekalan, jika kita bergantung kepada-Nya dalam hal apa saja, kita tidak akan pernah kekurangan. Seringkali kalkulasi kita meleset, jika kita terlalu bergantung kepada si A, si B yang rutin mendukung secara finansial maupun rutin memberi ide-ide yang berguna.

Sekali lagi diingatkan bahwa iman itu bukan kalkulasi dan matematika, bahkan 2000 tahun sumur Yakub ada di sana menjadi sumber air orang Samaria, tetap wanita ini haus dan tidak terpuaskan. Hanya jika seorang pelayan sungguh-sungguh menggantungkan seluruh hidupnya kepada Allah saja, hanya kepada Dia saja, maka Dia menjamin akan memuaskan kita dan menjadikan hidup kita penuh.

 

Sebelum beristirahat, Victor Je mengumumkan pemenang kegiatan tracking tadi pagi dengan skor 670 yakni kelompok King David. Kelompok saya yaitu yepuJOY mendapat peringkat ketiga dengan hadiah kipas korea yang sangat cantik. Kelompok Kak Riana mendapatkan mainan hp korea, kelompok Bang Sopar mendapatkan pensil case Korea.

Ada perasaan sedih karena akan segera berpisah, namun juga senang karena merasakan pemeliharaan Tuhan. Kami saling meng-encourage satu dengan yang lain baik dalam doa maupun lewat kata-kata. Itulah artinya keluarga di dalam Tuhan, JOY Indonesia tidak pernah sendirian!

Kami sempat berbagi email untuk mengirimkan foto dan kabar dengan teman-teman JOY China karena sebagian besar media sosial mereka dilarang termasuk whatsapp, kakaotalk, instagram, dll.  Kami kaget karena email mereka menggunakan angka, yang ternyata juga dibuat oleh pemerintah secara langsung.

Wah! What a surprise! Kegiatan hari ini sudah selesai, namun rasanya teman-teman JOY apapun negaranya punya ciri khas yang sama, sembari saya menuliskan jurnal ini, mereka sedang fellowship time beberapa menit dengan bermain UNO dan sebagian ngobrol-ngobrol sebelum tidur.

Malam terakhir yang sangat memberkati. Mari beristirahat sejenak! Tuhan berkati. [GN]

 

 

International JOY Conference (Journal 3)

Tgl 31 juli 2018

Pagi hari kami disambut pemandangan indah pantai yang mengingatkan kami betapa luar biasanya Allah kita. Jam 7 kami mulai dengan morning devotion. Bang sopar membagikan Firman yang diambil dari Matius 14:22-33 tentang Yesus berjalan di atas air. Firman ini mengingatkan lagi untuk terus berpengalaman iman dan itu adalah pengalaman yang selalu baru.
Setelah makan pagi acara berikutnya adalah reporting dari JOY Korea dan China. masing-masing negara mensharingkan perkembangan situasi mereka, kami belajar satu lagu dari negara yang bersangkutan. Hari ini kami belajar dua lagu dari Korea dan China.

JOY Korea tersebar di 10 area. Setiap area memiliki staf masing-masing. Mereka juga menceritakan tantangan yang dihadapi.
JOY China melayani di 4 kota yaitu Bejing, Xian, Guanzhou, Shianghai. Masing-masing staf di kota yang bersangkutan menceritakan perkembangan dan pergumulan yang dihadapi. Secara khusus bercerita bagaimana tantangan yang dihadapi dari pemerintah yang ada. Pemerintah tidak mengijinkan pertemuan lebih dari 15 orang. Jika lebih dari 15 orang maka polisi bisa datang untuk menginterogasi. Jadi pertemuannya berbentuk cell group. JOY China juga memulai pelayanan di Penang tahun ini karena banyak orang keturunan China di sana.
Kejutan muncul ketika beberapa alumni JOY Korea mengunjungi International JOY conference. Ada yang masuk JOY tahun 1961, ada yg berasal dari Korea Utara. Rasanya terharu melihat mereka. Aku membayangkan JOY Indonesia beberapa tahun yang akan datang, alumni-alumni JOY yang terus mengikuti Kristus sampai masa tua mengunjungi retreat adik-adik JOY-nya. Wah….so sweet. Para alumni mentraktir kami ayam dan cola (yang kami nikmati setelah sesi Pak Son).

 

Permainan ala JOY

Sesudah menikmati makan siang, kami bermain Yut Nori/yunnori games secara kelompok. Suasananya sangat JOY, semua bergembira dan tertawa bersama. Setelah berhasil menemukan satu pemenang, kami bersama-sama menuju pantai dengan mengendarai mobil, kira-kira 5 menit.

Sebenarnya aku dan Gina sudah menyiapkan diri untuk berenang di pantai, tetapi begitu kami sampai dan berada di tepi pantai, kami dengan berat hati membatalkan untuk berenang karena cuaca sangat panas. Aku dan Gina memilih mengobrol dengan beberapa teman yg juga memutuskan tidak berenang.

 

Simplicity

Pak Son menjadi pembicara di Evening Meeting. Sebelum Pak Son sharing, kami bersama masuk dalam Praise and Worship. Tema sharing pak Son adalah The invincible (I samuel 17:28-49), kisah tentang Daud yang mengalahkan Goliat.

Ada 3 hal yang dapat diambil dari kisah ini.
1. Kesederhanaan kekuatan Daud.
Daud memakai senjata yang ada padanya. Ia bukan mencari yang tidak ada padanya. Dalam pelayanan seringkali kita bisa protes karena tidak ada fasilitas ini, fasilitas itu, dari Daud kita belajar untuk belajar memakai apa yang ada pada kita dari pada protes.
2. Daud sudah biasa mengunakan umban (senjatanya).
Bukan suatu kebetulan umban Daud mengenai dahi Goliat dan Goliat mati. Daud telah berlatih menggunakan umban ketika ia menggembalakan domba. Dalam pelayanan kita belajar dari Daud untuk terus melatih skill kita, dalam hal ini belajar Firman Allah.
3. Kekuatan Daud ada di dalam nama Tuhan.

Setelah sesi Pak Son ini, kami bersama-sama makan ayam. Sekali lagi kami tertawa bersama, main games secara spontan di mana yang kalah harus makan potongan ayam. Hal ini jadi seru karena kami melakukan saat kami sudah kenyang. Benar-benar kami merasakan kesatuan sebagai JOYer. Setelah itu kami kembali ke kamar kami masing-masing untuk beristirahat![RN]

 

International JOY Conference (Journal 2)

Tanggal 30 juli 2018

Hari ini kami bertiga mulai mengikuti international joy conference yang diadakan sampai tanggal  2 Agustus di satu pulau bernama Mu Eui, di dekat bandara Incheon. International Joy Conference dihadiri oleh staf joy dari 5 negara yaitu Indonesia (3 orang), China (19 orang-dari 3 kota di china), Cambodia (6 orang), Vietnam (1 orang), Korea (10 orang) jadi totalnya 40 orang dan 9 orang pembicara

Suasananya sangat terasa JOY-nya. Meskipun ada keterbatasan bahasa dengan menggunakan bahasa inggris dengan kemampuan yang berbeda-beda, kami merasakan sukacita dan kesatuan. Acara awal di pimpin oleh Pak Joshua Kyung dengan bersama-sama menyanyikan Joy Anthem Song. Sebuah lagu yang semakin mempersatukan kita dalam spirit yg sama. Pak Kyung juga mengajak kita menyanyikan lagu I have a joy in my heart.

Setelah itu Mr Sang Woong Lee memberikan open worship dengan tema suffering and glory. Ayatnya di ambil dari 1 Petrus 5:1-7. Surat ini ditulis untuk semua orang kristen diaspora yang berada di asia kecil di mana mereka mengalami penderitaan. Petrus meng-encourage mereka yg menderita karena Kristus. Petrus memulai encourage-nya dengan memperkenalkan dirinya sendiri.

“Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.”

Kata penatua di sini berarti ‘leader’ di dalam gereja. Petrus menyebutkan diri sebagai teman penatua menunjukkan dia sama dengan pendengarnya. Itu berarti bahwa ia juga melayani dan dalam situasi yang sama: menderita dan mengalami kesusahan. Dalam menghadapi penderitaan fokuslah pada kesamaan bukan perbedaan. Bersama kita bisa mengatasi penderitaan.
Hal kedua yang kita pelajari dari 1 Petrus ini adalah menggembalakan kawanan domba Allah dengan ketulusan bukan mencari kepentingan sendiri. Ketiga melayani dengan kerendahan hati. Terakhir kita diingatkan utk menyerahkan segala kekuatiran kepada Allah.

Setelah sesi ini Pak kyung meminta masing-masing tim memperkenalkan diri di depan. Setelah itu, berfellowship time dengan makan malam bersama. Makan makanan korea pastinya 😁
Setelah makan ada praise and worship dan kemudian kami bersama mnegadakan evening meeting yang dibawakan oleh David Taiwoong Lee yang termasuk pendiri JOY Mission (Korea). Ia membagikan materi tenang strategi for JOY Mission.

Beliau mengingatkan lagi tentang hal dasar yang ada dalam melakukan pemuridan yg diambil dr kis 2:42-47 yaitu firman, doa, komunitas, melayani dan penginjilan. Setelah itu kami break dengan makan buah cerry dan yogurt, serta yg paling penting saat itu menjadi saat berfellowship time mengenal masing-masing JOYer di negara masing-masing.
Setelah break kami di bagi menjadi 4 kelompok dan memainkan permainan bingo yang membuat semakin mengenal satu dengan yang lain. Secara pribadi saya merasa terberkati dengaan hari pertama ini bisa mengenal satu sama lain, bersukacita dan merasa bahwa kita tidak berjuang sendiri ada orang -orang yang berjuang untuk menjangkau mahasiwa juga di negara yg lain. Hari pertama yg menyenangkan! [RN]

International JOY Conference (Journal 1)

Jamuan Alumni Yang Memberkati

Tanggal 26 Juli 2018

Waktu mendengar bahwa kami akan transit di Jakarta selama beberapa jam, Bang Wenz dan keluarga bersedia membuka pintu rumah bagi kami untuk menginap di sana.

Penerbangan kami sempat delay selama sejam, namun sudah ditunggu bahkan sebelum kami take off dari Adisutjipto. Ada banyak cerita terutama setelah lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu dengan Bang Wenz, nostalgia anak TI UKDW antara Bang Wenz, Bang Sopar dan Kak Riana yang lulusan S1 sana terjadi sepanjang sore hingga malam. Selain itu sharing terkait pelayanan, pekerjaan dan keluarga.

Kami sangat bersyukur bisa menerima hospitality dari Bang Wenz dan keluarga. Terutama untuk istri, kak Sisca yang sudah menjamu dengan masakan terbaiknya, juga Ezel yang berbaik hati memberi tumpangan kamarnya kepada dua wanita cantik ini.

Makan malam bersama diawali dengan sharing pokok doa dari keluarga dan didoakan bersama untuk kemudian ditutup oleh Bang Sopar.

Sekali lagi terima kasih Bang Wenz dan keluarga untuk pelayanannya. Tuhan senantiasa memberkati bisnisnya agar terus menjadi berkat bagi banyak orang.

 

Musim Panas Yang Sangat Panas

Tanggal 28 Juli 2018 

Penerbangan kami adalah penerbangan Jakarta-Seoul dengan transit KLIA selama 12 jam sehingga tiba di Incehon minimal pagi hari berikutnya. Sembari menunggu di KLIA2, kami menyempatkan waktu mengunjungi Kuala Lumpur untuk sekedar berfoto di Twin Tower dan Dataran Merdeka. Hitung-hitung menginjak negeri Jiran!

Ketika Victor Je, salah satu staff JOY International menyampaikan bahwa Korea sedang sangat panas, kami tidak pernah menyangka bahwa Korea benar-benar sepanas sekarang. Sabtu siang 28 Juli, Pak Son menjemput kami bertiga di Incheon Airport dengan berita yang sama. Tiba di Jegidong, Kantor JOY Mission, suhu di luar ruangan tercatat 35 derajat celcius. Kata Ibu Son dalam candaannya “Rasanya seperti dikukus”.

Siang hari kami habiskan dengan berbelanja persediaan makan selama dua hari. Malamnya, kami menikmati Han Gang Park, salah satu taman yang tidak jauh dari Jegidong dengan menggunakan subway. Berjalan setengah mengelilinginya butuh 15.000 langkah. Sebagian besar orang Korea menghabiskan waktu di sana, berkemah, bermain, nonton bersama di taman yang sangat luas ini.

Tanggal 29 Juli

Hari Minggu, dengan menggunakan subway kami menuju kota Suwon untuk beribadah di sana. Tiba di stasiun Hwaseo, kami disambut dengan teriknya matahari. Saking teriknya, gereja yang biasanya menyediakan makan siang, selama dua minggu ditiadakan. Setelah ibadah minggu jam 11 selesai, kami melanjutkan dengan makan siang bersama dengan beberapa penatua.

Setelah itu kembali lagi ke gereja untuk mengikuti ibadah pemuda di sana. Jumlah pemuda yang hadir pada acara tersebut kira-kira 80 orang. Jumlah yang banyak sebenarnya. Salah satu hal yang menarik adalah Kak Riana adalah wanita kedua (setelah Ibu Son) yang berkhotbah di gereja ini. Menurut tradisi, gereja Presbiterian tidak mengijinkan wanita berkhotbah di ibadah minggu.

Sharing kak Riana terkait Habakuk sungguh memberkati. Ibu Son menerjemahkan dalam bahasa Korea dengan sangat lancar. Habakuk memulai dengan komplain berkali-kali kepada Allah terkait keadaan Israel, namun diakhiri dengan nyanyian indah yang sangat terkenal dalam Habakuk 3:17-19.

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku”

Jalan Tuhan seringkali tidak mudah kita pahami terutama jika kita memandang kepada keadaan dan penderitaan di diri dan sekitar kita, namun dengan belajar percaya pada rencana Allah, tidak ada yang sia-sia. Salah satu testimoni-nya adalah bagaimana pergumulan imannya sebagai Lupus Survivor sangat menyentuh hati dan mengingatkan setiap orang akan iman sebagai orang percaya.

 

Nomor Telepon Darurat

Nomor Panggilan darurat di Korea adalah 119. Angka ini wajib diingat oleh semua orang karena akan sangat berguna dalam keadaan darurat di manapun sepanjang masih berada di daratan bangsa Han ini.

Angka ini adalah Fokus Doa Gereja Song Won, gereja asal atau gereja pendukung pelayanan keluarga Pak Son dan JOY Indonesia yang letaknya di kota Suwon. Angka 119 memiliki arti satu jam dalam satu hari berdoa bagi sembilan jiwa. Mengingatkan kepada jemaat Song Won bahwa mendoakan jiwa-jiwa yang terhilang, orang-orang yang belum mendengar kabar tentang Yesus adalah hal yang darurat.

Dua hari pertama di Korea sangat memberkati. Keluarga Pak Shim dan Ibu Cho setia menemani dan bahkan mentraktir kami bertiga. Ini bukan pertama kali masing-masing dari kami hadir di gereja Song Won. Ketika bertemu  lagi dan menyapa pendeta Oh membuat kami senang. Gereja Song Won selalu menyambut, membuka hati dan setia mendoakan Persekutuan JOY, dan ini menambah keharuan. JOY menjadi salah satu pokok doa rutin di gereja ini sampai hari ini karena gerakan kita adalah gerakan membagi kabar sukacita Kristus. Echoing-nya masih terasa hingga hari ini.

Satu hal kami diingatkan, gereja Song Won dimulai dari gereja kecil berjumlah 200 orang yang belajar mengirim satu keluarga misionaris di tahun 1990. Salah satu efek dari pelayanan dan doa dari gereja ini adalah JOY Indonesia.

Dua hari pertama yang sangat memberkati. [GN]