History

1. FILOSOFI JOY
JOY adalah singkatan dari JESUS first, Others second and You third (seperti yang teman-teman pernah nyanyikan waktu di FM). Dalam bahasa Inggris berarti sukacita. Singkatan JOY tersebut menjadi filosofi JOY/sprit JOY yang merasuk ke dalam kehidupan setiap anggota JOY dalam kehidupan sehari-hari. Senantiasa menempatkan Yesus pada prioritas pertama dan terutama, kemudian orang lain dan diri saya sendiri di tempat paling terakhir. Jika kita telah menerapkan JOY ini, maka barulah benar-benar merasakan joy sebagai sukacita, apapun situasi kondisi yang dihadapi. Atau dengan kata lain, baik lagi bete atau lagi mood, tetap nge-joy bro’

2. LATAR BELAKANG BERDIRINYA JOY
Munculnya Persekutuan JOY berkaitan erat dengan situasi kota Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pelajar. Karena kita bisa melihat sebagian besar penghuni kota Yogya adalah pendatang, secara khusus mahasiswa. Di Yogya ada sekitar 80 perguruan tinggi yang setiap tahun siap menerima para mahasiswa yang datang dari seluruh daerah Indonesia.
Para mahasiswa perantauan ini jelas hidupnya jauh dari orang tua dan keluarga. Kebanyakan tinggal di kos-kosan yang relatif lebih bebas dibanding kehidupan mereka ketika dekat dengan orang tua. Mereka memiliki kehidupan sehari-hari yang bisa dikatakan rutinitas. Pagi kuliah, kadang siang bahkan kadang malam, terus ada praktikum atau kelas tambahan, atau mungkin ada yang ikut ekskul atau kursus. Tapi, ada juga yang hanya kuliah.
Nah bagi yang kuliah aja, waktu luang mereka diisi dengan apa? Akibatnya mereka mencari-cari kegiatan pengisi waktu luang itu. Sayangnya, kebanyakan dari mereka memilih kegiatan yang kurang berarti, seperti keluyuran sana sini atau nongkrong. Fakta lain lagi, coba hitung berapa orang yang tertarik dengan kegiatan rohani? Sedihnya lagi ada yang terlibat kegiatan negatif seperti nge-drugs, mabuk-mabukan dsb. Nah melihat kondisi demikian maka untuk itulah Persekutuan JOY ada. Untuk menjadi jawaban bagi mereka yang sedang “mencari-cari” dan kemudian menemukan jawaban yang “sesungguhnya”.

3. SEJARAH JOY
a. HISTORY – KELAHIRAN (1992 – 1995)
Kelahiran Persekutuan JOY tidak terlepas dari sejarah kehidupan Dr. Son Chang Nam, atau sering dikenal dengan panggilan Pak Son, sebagai perintis berdirinya persekutuan JOY. Waktu mahasiswa (1973) Pak Son bergabung dengan persekutuan JOY Korea (yang didirikan oleh mahasiswa Korea sendiri tahun 1958). Kemudian tahun 1989 Pak Son memutuskan untuk menjadi misionaris untuk Indonesia. Setahun kemudian, Pak Son dan keluarga mengikuti latihan bagi calon misionaris di Singapura. Setelah mengikuti kursus bahasa Indonesia dan masa orientasi di Bandung, Pak Son pun ‘diterjunkan’ di kota Yogyakarta ini.
Pada bulan Januari 1992, Pak Son mulai mengajar sebagai dosen Akuntansi di Universitas Kristen Duta Wacana dengan bahasa Indonesia yang masih belum lancar. Waktu itu gambaran untuk membentuk persekutuan JOY gaya sekarang ini sama sekali tidak ada. Yang ada dalam hati Pak Son adalah kerinduan untuk melayani. Beliau pernah mencoba mengikuti beberapa gereja dan persekutuan dengan harapan dapat terlibat dalam pelayanan di sana. Namun sayang Tuhan belum membuka jalan.
Sekitar bulan September 1992, seorang mahasiswa FE UGM mendatangi Pak Son. Mahasiswa yang bernama Marihot itu rupanya ingin melamar menjadi asisten Pak Son. Tidak hanya itu, rupanya ia tertarik menjadi asisten Pak Son karena ingin belajar bahasa Inggris dengan orang asing seperti Pak Son. Melihat gelagat ini, Pak Son mengajak Marihot untuk datang ke rumah Pak Son di Seturan di lain waktu. Dan benar, Marihot datang ke rumah Pak Son bersama teman sekampusnya, yaitu Fajar. Selama percakapan mereka sesekali menggunakan bahasa Inggris. Sehingga Pak Son pun kemudian bertanya,”Apakah ada banyak mahasiswa seperti mereka yang tertarik ingin belajar bahasa Inggris ?” Mereka menjawab “ya, banyak !” Maka dibuat kesepakatan untuk bertemu secara rutin setiap hari Jumat dengan menggunakan bahasa Inggris. mulailah diadakan pertemuan kelompok kecil dalam bahasa Inggris setiap hari Jumat.
So, terlihat bahasa Inggris menjadi contact point antara Persekutuan JOY (waktu itu belum punya nama) dengan para mahasiswa yang waktu itu motivasinya hanya untuk belajar bahasa Inggris guna mendukung masa depan mereka kelak. Sejarah JOY pun dimulai ………
Persekutuan JOY di era kelahiran ini punya banyak pergumulan. Ketika pertemuan kecil ini makin berkembang, mulai dipikirkan untuk dibentuk pengurus, sebab selama ini yang ‘mengurus’ hanya Pak Son dan Ibu Silvia dan waktu itu belum ada orang yang berkomitmen. Sehingga masa ini banyak berkonsentrasi pada pencarian dan pelatihan orang-orang inti (pengurus) dan usaha menumbuhkan rasa kepemilikan atas persekutuan JOY. Akhirnya pada tanggal 9 April 1993 yang merupakan retreat pertama terbentuk pengurus dan lahirlah nama JOY. Di tahun ini pula buletin pertama JOY terbit. Karena JOY baru saja terbentuk, maka tak heran kalau di masa ini banyak terjadi trial and error. Misalnya program acara, ide untuk visi-misi. Semuanya hanya supaya mahasiswa makin tertarik untuk datang ke Persekutuan JOY.

Kekhasan yang mewarnai era ini yaitu :
1. Kesempatan kerja sama yang terbuka dengan pihak ‘luar’.
Jadi siapapun yang ingin bekerja sama, diterima dengan terbuka. Seperti : kerjasama dengan Pak Chuck Harrison, Ibu Angela Hope, short term worker dari Korea, Australia, dan sebagainya. Bahkan waktu itu karena kita belum memiliki badan hukum sendiri, sempat terpikir untuk bernaung di bawah Yayasan Gloria Graha, tetapi tidak jadi. Selain itu kepengurusan juga sangat terbuka, asal terlihat aktif dapat diangkat menjadi pengurus.

2. Harga satu jiwa
Waktu itu sudah diadakan Bible Study dalam bahasa Inggris sebagai salah satu upaya untuk menyampaikan Injil. Saat ini pun jumlah anggota yang datang berfluktuasi (belum stabil), sehingga Pak Son sering melakukan one to one bahkan sampai mendatangi kost ybs. Pada masa inilah terjadi banyak pertobatan di luar waktu persekutuan. Salah satunya Bang Fajar.

3. Penyediaan dari Tuhan dan anugerah yang limpah di dalam situasi yang tidak stabil
Di persekutuan JOY tidak pernah diedarkan kantong kolekte/persembahan, maka hampir semua orang yang datang selalu bertanya, “Uangnya dari mana?” Pak Son selalu menjawab “Dari Tuhan !” Ehm ….. !!! Caranya Tuhan memberikan ?? Salah satu contoh dan bukti adalah kantor JOY. Ketika JOY sedang bergumul untuk punya sebuah kantor untuk student center, tahun 1995, seorang pengusaha Korea yang tidak begitu dikenal oleh Pak Son menyumbangkan US $ 100.000. Kok bisa ? Itulah keajaiban Tuhan yang nggak bisa diukur dengan akal manusia.

b. HISTORY – PERTUMBUHAN (1995 – 1997)
Jumlah kehadiran di mass meeting relatif lebih stabil, yaitu kurang lebih 60-70 orang. Dan di masa ini mulai dirasakan akan kebutuhan rohani. Mahasiswa yang pada awalnya datang dengan motivasi ingin belajar bahasa Inggris dan ingin mencari teman, kini mulai memiliki kerinduan untuk bertumbuh secara rohani. Oleh sebab itu mulai dibentuk beberapa cell group (3 – 5 cell), meskipun waktu itu bentuk dan cara-cara belum jelas, pemimpin belum terlatih dan bahan belum pas. Pokoknya cell group waktu itu masih banyak berjuang deh !
JOY pun mulai melihat pentingnya pelatihan pemimpin. Sehingga mulai diadakan CLTC (Campus Leader Training Course) yang waktu itu kurang lebih 30 orang. Di sini pun terjadi pertobatan (Seng Kok dan Sudiman).

Kekhasan di masa ini adalah :
a. Sering pindah tempat
Ini disebabkan pertambahan anggota yang cukup pesat sehingga menuntut penyediaan tempat yang memadai. Sejak dari Seturan lalu ke sebuah rumah di Jalan Beo No 1, pindah ke Lembaga Bahasa Colorado, ke UKDW (Ini semua terjadi di era kelahiran), kemudian pindah ke Gloria Graha, pindah lagi ke BOPKRI 2, lalu ke Ruang Petronella (RS Bethesda) dan akhirnya pindah ke Aula Museum TNI AD ini sampai sekarang.
b. Struktur biaya tinggi
Orang bertambah, fasilitas ikut bertambah, akibatnya makin bertambah kebutuhan dan biaya. Dulu hanya dengan 2 gitar bolong sudah cukup. Namun dengan pemakaian gitar listrik, muncul kebutuhan amplifier dan speaker. Orang makin banyak kapasitas speaker dirasa kurang, butuh yang lebih besar, tambah besar butuh stabiliser, butuh kabel ini itu, butuh keyboard juga dan seterusnya. Sampai seperti kondisi sekarang ini.
c. Kebutuhan Staff
Tahun 1996 mulai dirasakan kebutuhan staff, yang bisa menunjang pelayanan di JOY, tapi saat itu belum ada yang siap dan terlatih. Selain itu juga terpikir bagaimana memenuhi kebutuhan gaji staff, apa peranan staff apa kriterianya semua masih belum jelas. Tapi waktu itu kebutuhan ini mulai didoakan..
d. Mulai kerjasama antara JOY Indonesia dengan JOY Korea
JOY Korea mengirimkan anggotanya yang tergabung dalam LIP (Love Indonesia Project). Mulai tahun 1994 (belum disebut LIP), 1997 (LIP I), 1998 (LIP II), 1999 (LIP III), 2000 (LIP IV), 2001 (LIP V). Tujuannya untuk mengenal budaya Indonesia dan mission trip. Sedangkan JOY Indonesia mengirimkan anggotanya untuk mengikuti Mission Korea yang diadakan setiap 2 tahun sekali. Mulai tahun 1996, 1998, 2000, dan nanti 2002.
Namun perlu diketahui bahwa JOY Indonesia bukanlah cabang dari JOY Korea. Seperti yang sudah dijelaskan di atas nama JOY sendiri ditentukan dalam retreat pengurus pertama tahun 1993, dan secara struktur kita tidak berkaitan dengan struktur JOY Korea. JOY Indonesia benar-benar independen dan mandiri. Bentuk kerjasama dengan JOY Korea sampai saat ini hanya sebatas pertukaran mahasiswa.

c. HISTORY – ERA TRANSISI (1997 – 2000)
Merupakan transisi dari Persekutuan Mahasiswa ke Ministry. Sejak awal sampai tahun 1997, kepengurusan di JOY memang ditangani oleh mahasiswa. Namun harus diakui bahwa sistem kepengurusan mahasiswa memiliki keterbatasan, khususnya dalam pengembangan maupun kontinuitas pelayanan. Apalagi jika melihat kebutuhan JOY saat itu, sangat membutuhkan penanganan lebih profesional dan berkesinambungan, yang sulit untuk dituntut dari mahasiswa yang memiliki tanggung jawab dan beban studi yang cukup berat. Karena itu tahun 1997 ini terjadi transisi dari persekutuan mahasiswa ke ministry. Mahasiswa tetap menjadi penggerak utama pelayanan, namun untuk pemikiran, hal-hal strategis dan tanggung jawab lebih dilimpahkan kepada full time staff. Maka tahun 1997 muncul dua orang staff JOY yang pertama (Mas Jusak dan Mbak Sarah). Sekarang ini ada 9 orang staff ditambah 1 calon staff dan beberapa asisten staff
Selain itu pada bulan Oktober 1997, mulai diadakan TPM (Tuesday Prayer Meeting) yang bertujuan untuk mengisi kebutuhan akan Firman yang kuat dan membagi kesaksian yang saling menguatkan di antara orang-orang inti di JOY. Namun sejak 27 Maret 2001 yang lalu TPM tidak lagi diadakan setiap minggu, melainkan setiap bulan sekalian menyambut anggota JOY yang baru.
Pada masa ini juga terjadi penguatan cell group. Terutama di awal tahun 1999, konsep dan strutur cell group menjadi lebih jelas sehingga mendukung stabilitas cell group.
Bulan Maret 2000, fokus dan bentuk mass meeting (Friday Meeting) juga menjadi lebih jelas, yaitu seeker oriented. Tidak lagi menggunakan bahasa Inggris karena dianggap tidak efektif.
Juga terjadi kebangunan rohani dan kebangkitan komitmen retreat khususnya General retreat yang diadakan setiap tahun/semester.
Dalam era ini juga terpupuk kepedulian dan semangat penginjilan. Hampir setiap even dimanfaatkan untuk penginjilan, misalnya seminar BCC (Becoming Contagious Christian), J-Festival, JOY Picnic, JOY-Night, JOY- Easter dan JOY-Anniversary.

KEKHASAN yang dimiliki :
a. Perubahan struktur pengurus
Struktur kepengurusan (BPH dan seksi-seksi) diubah menjadi ministry-ministry. Keanggotaan ministry ini sesuai dengan minat dan bakat anggota.
b. Pelatihan staff dan calon staff
JOY memang sudah melakukan pelatihan-pelatihan, namun belum terstuktur dan berkesinambungan. Baru kemudian pada tahun 2001 sudah ada pelatihan secara terstruktur dan punya departemen sendiri yang khusus menangani pelatihan. Sedangkan untuk pelatihan calon staff sendiri baru dimulai pada tahun 2000.
c. Masalah-masalah lain (Dating)
Dari dulu sebenarnya sudah ada masalah tentang dating. Tapi dengan perkembangan JOY saat ini dibutuhkan prinsip dan konsep yang benar, yang dapat menolong anggota JOY dari pengaruh dan konsep berpacaran duniawi (lihat latar belakang kota Yogya). Salah satunya ada pelatihan 103 tentang Christian dating
d. Bagaimana mengatasi beban biaya yang semakin besar
Deputasi staff, dukungan alumni dan badan pendukung, dukungan Profit Centre (Pin, Press, Multimedia Studio) juga dukungan dari anggota juga (MOC, black box dan perpuluhan)

d. HISTORY – ERA Penyesuaian (2000-sekarang)

Sejak tahun 2001, JOY membangung kurikulum pembelajaran yang diadopsi dari Saddleback church, USA.

Training ini berguna untuk memperlengkapi dan menyiapkan JOYer terutama para leader. Selama paling tidak jangka waktu 18 tahun, ada tiga kali kurikulum disesuaikan dengan kondisi kebutuhan mahasiswa.

Di era ini juga, JOY dipercaya oleh Tuhan untuk memiliki tanah sendiri. Tanah ini pun adalah kasih karunia Tuhan melalui gereja Song Won di Suwon, Korea Selatan.

Pendeta Oh selaku pendeta jemaat dan pendukung JOY dan keluarga Pak Son sejak awal JOY menyampaikan berkat Tuhan ini di akhir masa pelayanannya.

Sejak pindah ke Student Center Seturan, gedung yang dulunya kos-kosan ini diubah menjadi kantor JOY dan kemudian coffeetalk yg dikelola oleh Figtree dengan harapan menjadi profit center.

Sejak itu, dukungan dari Korea makin berkurang, namun dukungan alumni makin bertambah baik terlibat sebagai pendukung finansial maupun terlibat strategis dalam board of management.

Bentuk Friday Meeting juga variatif mulai dari J-Night Party yang membuat JOY terkenal karena mengurus event dengan excellent maupun sekarang community based dalam friday meeting.

Generasi Z atau i-Gen lebih tertarik dengan cellgroup dan kegiatan lain yg berbau kebersamaan dalam kelompok kecil.

Tantangannya sekarang adalah bagaimana menyampaikan kabar sukacita di era yang serba digital.

Karena itu JOY giat melalui social media dan website JOY terkait penjangkauan.